JAKARTA - Pengendalian pandemi COVID-19 di India berdampak buruk pada anak-anak. Kuncitara mendorong meningkatnya pernikahan anak dan pertumbuhan kasus eksploitasi anak.
Usia Rani 13 tahun. Ia baru saja mengalahkan kesialannya, ketika kedua orang tuanya memaksa ia menikah musim panas ini. Baik bagi Rani. Ia berhasil meminta bantuan. Rencana pernikahan itu pun dibatalkan.
Rani --bukan nama sebenarnya-- masih duduk di kelas delapan, ketika pemerintah federal tiba-tiba memberlakukan kuncitara, Maret lalu. Dimulai dengan penutupan sekolah, disusul sektor bisnis dan lainnya.
Dalam satu bulan sejak kuncitara, ayah Rani tiba-tiba mengatakan bahwa ia menemukan pasangan untuk Rani. Bukan kabar bahagia untuk Rani. "Saya tidak mengerti mengapa semua orang terburu-buru menikahi perempuan ... Mereka tidak mengerti bahwa penting untuk pergi ke sekolah, mulai mencari nafkah, dan mandiri," Rani, dikutip dari BBC, Jumat, 18 September.
Di India, pernikahan untuk gadis seusia Rani adalah ilegal. India menetapkan usia 18 sebagai batas legal pernikahan bagi perempuan. Namun, India juga negara dengan jumlah pengantin anak terbesar di dunia.
UNICEF mencatat pernikahan anak di India mencapai sepertiga angka global. Badan amal itu mengestimasi setidaknya ada 1,5 juta anak perempuan berusia di bawah 18 tahun menikah di India.
Keadaan memburuk tahun ini, ketika salah satu negara terpadat dunia itu dilanda pandemi. Saluran bantuan untuk anak-anak, Childline melaporkan peningkatan panggilan darurat menyangkut pernikahan dini hingga 17 persen. Angka itu disandingkan dengan temuan Childline
Tahun ini mungkin lebih buruk. Childline, saluran bantuan anak-anak, telah melaporkan peningkatan --dibanding bulan yang sama 2019-- panggilan darurat sebesar 17 persen terkait pernikahan dini anak perempuan pada bulan Juni dan Juli. Kehidupan yang makin miskin disebut-sebut mendorong fenomena itu.
Dipicu desakan kemiskinan
Menurut otoritas, lebih dari sepuluh juta pekerja yang didominasi penduduk usia muda kembali ke kampung halaman selama kuncitara. Pandemi membuat mereka kehilangan penghasilan di kota.
Kondisi itu membuat banyak orang tua khawatir pada prospek masa depan anak mereka. Maka, orang tua mulai menikahkan anak gadis mereka yang terbuang dari kota. Menurut kebanyakan orang tua, pernikahan akan menyelamatkan anak gadis mereka.
Alasan lainnya, orang tua di India biasanya perlu membayar biaya besar untuk sebuah pernikahan. Namun kuncitara telah mengaburkan hal-hal itu.
Hal itulah yang dimanfaatkan banyak orang tua untuk segera menerima tawaran pernikahan, kata Manisha Biraris, asisten komisaris untuk Women and Child Welfare di Negara bagian Maharashtra.
BACA JUGA:
Kondisi ini juga yang dialami Rani. Ayah Rani kini tengah berjuang melawan TBC. Ia mengaku tak dapat membiayai keluarga dan anak-anaknya, termasuk Rani. Hal itu juga yang mendorong Rani bekerja di usia yang tak seharusnya.
Kini Rani kehilangan pekerjaan. Dan cara kedua orang tua menyelamatkan Rani adalah dengan menikahkannya.
Dengan segala kondisi itu, anak-anak barangkali adalah yang paling malang di tengah pandemi. "Itu lebih mudah, lebih murah dan mereka bisa lolos dengan mengundang sedikit orang, Manisha.