Bagikan:

JAKARTA - Berpikir fleksibel adalah kemampuan untuk memikirkan hal-hal dengan cara baru atau berbeda. Cara pikir ini membantu Anda menghadapi ketidakpastian, memecahkan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan memasukkan informasi baru ke dalam rencana dan ide yang telah dimiliki. 

Pemikiran fleksibel juga menjadi kunci besar dalam mengatur diri serta menangani emosi. Dasar pemikiran ini bisa ditanamkan pada anak sejak kecil, pastinya dengan bimbingan orang tua. Jika Anda ingin mendidik buah hati untuk berpikir lebih fleksibel, VOI rangkumkan beberapa tipsnya melansir Childmind, Jumat, 7 Januari.

Validasi emosi

Mengelola kekecewaan atau ketidakpastian itu sulit. Untuk itu, Anda sebagai orang tua perlu memvalidasi perasaan anak saat ia merasakan hal tersebut. Ingatlah, ketika anak merasa didengar dan dipahami, mereka cenderung mengesampingkan emosi negatif dan lebih mampu bergerak untuk menemukan solusi.

Libatkan anak

Tapi ingat, beralih dari frustrasi atau kesedihan ke penerimaan dan tindakan membutuhkan waktu. Anak mungkin tidak merespons secepat yang Anda inginkan. Ketika itu terjadi, bersabarlah dan dorong si kecil untuk terus mencoba berpikir fleksibel serta bantu mengelola masalah demi membangun ketahanan.

Ketika anak sudah bangkit dari kesedihan, ajak ia membantu Anda menemukan ide terkait mengelola ketidakpastian serta perubahan yang sulit. Saat anak merasa bagian dari tim, ia memiliki rasa kontrol lebih besar sehingga mendapatkan kesempatan untuk melatih keterampilan berpikir fleksibel dalam diri.

Jadilah model bagi anak

Anak mencari petunjuk dari orang tua tentang bagaimana berperilaku. Memberi contoh berpikir fleksibel yang sehat akan membantu Anda serta si kecil mengembangkan kebiasaan yang lebih baik dan merasa tidak terlalu kewalahan ketika segala rencana tidak berjalan seperti harapan.

Mengungkapkan pikiran dengan lantang saat Anda memecahkan masalah adalah cara tepat dalam memberi contoh pada si kecil. Misalnya, jika seorang kerabat membatalkan janji makan malam di restoran, Anda bisa mengatakan kekecewaan dengan cara yang sehat, seperti “Wah, itu mengecewakan. Tapi bagaimana kalau kita buat rencana untuk hari lain”. Ketika anak melihat Anda menavigasi perubahan dengan bijak dan berfokus pada solusi, mereka akan cenderung melakukan hal yang sama.

Namun, penting juga membiarkan anak mengetahui saat Anda mengatasi masalah tanpa solusi. Saat ia bertanya tentang kapan pandemi akan berakhir, misalnya. Katakan sejujurnya dan tunjukkan pada si kecil bahwa ketidakpastian tak selamanya harus dihadapi dengan ketegangan.

Minta bantuan jika diperlukan

Berpikir fleksibel bisa sulit dipraktikkan jika anak mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi atau dalam keluarga baru saja mengalami peristiwa traumatis misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, atau rumah.

Berada dalam kondisi ketidakpastian dapat memicu emosi yang sulit dikendalikan terutama jika anggota keluarga belum pulih dari suasana kesedihan. Jika Anda memperhatikan anka mudah kesal, cemas, atau sedih, itu mungkin pertanda bahwa mereka sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Bicaralah dengan anak tentang bagaimana perasaannya, dan hubungi dokter anak pembimbing sekolah yang dapat membantu.

Dan ingat, anak-anak bukan satu-satunya yang terpengaruh. Orang tua hanyalah manusia dan stres serta kesulitan saat pandemi dapat berdampak serius. Jika Anda merasa sangat cemas, marah, atau sedih, Anda mungkin perlu bantuan untuk bangkit kembali. Jika sedang berjuang, sebaiknya jangan dipendam sendiri. Hubungi teman atau buat janji dengan terapis maupun dokter. Merawat diri sendiri adalah bagian penting dari merawat keluarga Anda.