Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI dari Fraksi PSI, Anggara Wicitra Sastroamidjojo mengkritik soal membengkaknya anggaran pembangunan sirkuit Formula E menjadi Rp60 miliar.

Anggara mengaku heran. Bila biaya pengerjaan lintasan bisa bertambah ketika konstruksi sudah berjalan, buat apa Pemprov DKI, dalam hal ini BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro) melakukan lelang tender.

"Sekarang kami bertanya pada Pemprov DKI. Buat apa ada tender, kalau harganya naik di tengah jalan? Besok-besok ikut kontraktor ikut tender tawar harga murah dan dinaikan di tengah jalan,”kata Anggara dalam keterangannya, Selasa, 8 Maret.

Anggara mengatakan, Pemprov DKI hingga saat ini tidak melaporkan proses tender secara transparan kepada DPRD DKI. Tak hanya itu, studi kelayakan penyelenggaraan Formula E pun juga sampai saat ini belum disampaikan kepada DPRD.

Dari kondisi ini, Anggara pun menduga bahwa perencanaan gelaran ajang balap mobil listrik ini memang tidak dilakukan secara matang. Kondisi ini menyebabkan biaya pembangunan membengkak.

Anggara mengatakan kenaikan biaya sirkuit Formula E tidak memperhatikan situasi masyarakat. Padahal, kata dia, permasalahan kenaikan harga kebutuhan pokok perlu lebih mendapat prioritas.

"Anggaran naik hingga Rp10miliar hanya untuk biaya sirkuit. Buat apa? Ditengah pandemi seperti ini, loh. Tidak main-main ini. Sepertinya Pemprov DKI tidak tahu prioritas. Mudah sekali untuk menaikkan anggaran. Begini lah kalau perencanaannya tidak matang. Kami tidak kaget,” cecar dia.

Sebagai informasi, biaya pembangunan sirkuit Formula E membengkak. PT Jakpro menambah anggaran Rp10 miliar kepada PT Jaya Konstruksi yang menggarap pembangunan lintasan tersebut. Biaya ini dianggarkan dari dana perusahaan Jakpro.

Kini, biaya konstruksi sirkuit Formula E menjadi Rp60 miliar dari sebelumnya Rp50 miliar. Hal ini disebabkan pekerjaan tambahan yang tidak masuk dalam prediksi Jakpro dan Jaya Konstruksi, yakni pengerasan tanah yang masih lunak.