JAKARTA - Elektabilitas Puan Maharani kesulitan untuk bisa menembus lima besar di berbagai hasil lembaga survei. Padahal Puan Maharani punya posisi mentereng, Ketua DPR. Dia juga sudah memasang baliho di seluruh Indonesia dan rajin turun langsung ke masyarakat.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai rendahnya elektabilitas Puan disebabkan banyak faktor. Pertama, Puan sulit menyatu dengan masyarakat.
"Meskipun Puan sering menemui masyarakat, namun tetap berjarak. Ada gap penampilan Puan dengan masyarakat yang ditemuinya," ujar Jamiluddin di Jakarta, Senin, 7 Maret.
Akibatnya, masyarakat tidak terlalu respect kepada Puan. Kata Jamiluddin, masyarakat mempersepsi Puan bukanlah sosok yang dekat dengannya, termasuk dalam memperjuangkan aspirasinya.
Dua, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat sangat lemah. Dalam berkomunikasi, ketua DPP PDIP itu terkesan belum berorientasi dengan masyarakat yang dituju.
"Dalam berkomunikasi, Puan kurang menunjukan empati. Akibatnya, Puan kurang mendapat simpati dari masyarakat tang ditemuinya. Padahal, dalam komunikasi empati sangat diperlukan. Melalui empati, masyarakat dapat menilai ketulusan Puan dalam berkomunikasi," jelas Jamiluddin.
Tiga, aura kepemimpinan Puan Maharani juga kurang. Sehingga, ketertarikan Puan di mata masyarakat sangat rendah. Hal ini membuat popularitas Puan relatif tinggi, namun elektabilitasnya tetap rendah.
"Tiga faktor tersebut membuat nilai jual Puan menjadi rendah. Hal ini menyulitkan untuk mendongkrak elektabilitas Puan," tuturnya.
Jadi, tambah Jamiluddin, selama tiga faktor itu belum diatasi, maka pemasangan baliho dan turun langsung ke masyarakat tidak akan meningkatkan elektabilitas Puan.
"Segala pendekatan komunikasi politik pun akan sulit memberi dampak siginifikan dalam meningkatkan elektabilitas Puan," pungkasnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, survei kolaborasi PRC dan PPI merilis survei pendapat key opinion leader (KOL) terhadap kandidat capres 2024. Hasilnya, Puan Maharani menempati posisi terbawah di semua kriteria capres.
Direktur Eksekutif PPI Adi Prayitno menjelaskan faktor yang membuat Puan Maharani selalu berada di peringkat terbawah. Adi menyebut keterampilan Puan 'menyelam' ke masyarakat yang masih terlihat kaku ketimbang kandidat lainnya.
"Pertama, sederhana sebenarnya ini menjelaskan, secara exposure quality mungkin Mbak Puan ini terlampau dalam tanda kutip kaku. Kalaupun dia berkomentar selalu kapasitasnya sebagai pimpinan DPR, tidak out of the box," kata Adi Prayitno dalam acara rilis survei bertajuk 'Persepsi Key Opinion Leader (KOL) terhadap Capres 2024' di Jakarta Pusat, Minggu, 6 Maret.
"Agak berbeda dengan tokoh-tokoh yang 10 orang itu, dia sering kali menampilkan satu personality quality yang out of the box, yang tidak melulu kaitannya dengan posisinya sebagai pejabat publik di negara ini," lanjutnya
Survei PRC dan PPI digelar sejak 5 Januari hingga 5 Februari 2022 menggunakan studi kualitatif. Ada 207 tokoh berpengaruh di bidangnya (KOL) yang diwawancara secara tatap muka.
Ratusan tokoh yang tersebar di 34 provinsi itu terdiri atas 6 latar belakang, yang meliputi akademisi, agamawan, budayawan, praktisi media, pelaku ekonomi, dan aktivis LSM.
Aspek yang disurvei adalah visioner, kepemimpinan politik, intelektualitas, keterampilan politik, keterampilan komunikasi politik, stabilitas emosi, gaya kepemimpinan, religiositas dan nasionalisme, penampilan, integritas moral, serta kapabilitas.