JAKARTA - Lembaga Survei SMRC merilis jajak pendapat mengenai simulasi pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024.
Dalam formulasi mereka, terdapat tiga pasangan yang berpotensi maju dalam Pilpres 2024. Pasangan tersebut adalah Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ganjar Pranowo dengan Airangga Hartarto, dan Prabowo Subianto dengan Puan Maharani masing-masing sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.
Saat responden ditanya mengenai siapa pasangan capres-cawapres yang mereka pilih, hasilnya Anies-AHY mendapat suara terbanyak dengan raihan 29,8 persen, disusul Ganjar-Airlangga 28,5 persen, dan Prabowo-Puan 27,5 persen. Semenatra masih ada 14,3 persen mengaku tidak tahu dan tidak menjawab.
"Jika pemilihan presiden-wakil presiden diadakan sekarang dan diikuti oleh 3 pasangan, Anies-AHY vs Ganjar-Airlangga vs Prabowo-Puan, ketiga pasangan tersebut mendapat dukungan yang kurang lebih sama," kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas dalam pemaparan survei virtual, Kamis, 7 April.
Abbas lalu menjelaskan bagaimana penentuan pemasangan nama-nama dalam simulasi ini. Pertama, kata dia, pembentukan pasangan capres-cawapres dapat ditentukan oleh pola hubungan antar partai untuk berkoalisi. Ia mengambil contoh PDIP dan PKS sangat sulit berkoalisi.
Faktor kedua, lanjut Abbas, komunikasi antara elite partai. Menurutnya, ada partai yang tak mudah berkomunikasi, bukan karena ideologi, tapi lebih kepada bagaimana suasana kebatinan di antara pemimpin partai.
Misalnya, PDIP vs Demokrat dan vs NasDem. Juga NasDem vs Gerindra. “Kemungkinan PDIP tidak berkoalisi dengan Demokrat maupun NasDem. Sementara NasDem mungkin tak bisa berkoalisi dengan Gerindra,” ungkap Abbas.
Faktor ketiga adalah adanya partai tiga besar, yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra. Abbas memperkirakan kemungkinan masing-masing partai ini menuntut kadernya jadi nomor 1 atau miminal nomor 2. Maka Prabowo, Puan, dan Airlangga mungkin akan maju untuk nomor 1 atau nomor 2.
Faktor keempat adalah intensitas untuk menjadi calon nomor satu. Hal ini ditemukan pada sosok Prabowo yang secara intens didorong oleh partainya, Gerindra, untuk menjadi calon presiden.
Faktor kelima adalah pertimbangan elektabilitas calon. Tiga nama dengan elektabilitas teratas adalah Prabowo, Ganjar, dan Anies. Dengan demikian, kombinasi antara kelima faktor mungkin bisa melahirkan 3 poros calon.
"Salah satu kemungkinannya adalah poros Gerindra-PDIP, Golkar, dan Nasdem-Demokrat. PAN dan PPP bisa menggenapi Golkar. PKS berpeluang menggenapi Nasdem-Demokrat. Pada poros Gerindra-PDIP, karena Prabowo harus nomor 1, dan Puan Maharani memiliki elektabilitas yang terlalu di bawah, maka Puan mungkin akan menerima menjadi nomor 2," urainya.
BACA JUGA:
Sementara itu, karena elektabilitas Airlangga terlalu lemah, maka kemungkinan akan mencari calon yang paling kompetitif. Menurut Abbas, Ganjar Pranowo adalah alternatifnya. Terbuka juga kemungkinan Airlangga menjadi nomor 1 dan Ganjar nomor 2.
Kemudian, Poros Nasdem-Demokrat-PKS dapat mencalonkan Anies Baswedan karena elektabilitasnya cukup baik, sementara Nasdem dan PKS tidak punya kader yang kompetitif. Abbas memprediksi bahwa AHY bisa diterima sebagai pendamping Anies karena cukup kompetitif dibanding nama-nama tokoh partai yang lain.