JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai perseteruan celeng versus banteng yang disebut hanya rekayasa untuk meningkatkan elektabilitas PDIP dan Puan Maharani, tidak mendasar.
Sebab menurut Jamiluddin, tindakan merekayasa celeng vs banteng sangat beresiko bagi PDIP. Hal itu, kata dia, sama saja tindakan bunuh diri bagi PDIP dan Puan Maharani.
"Kasus celeng vs banteng sangat tidak menguntungkan bagi Puan. Sebab, Puan diposisikan sebagai pihak yang didukung kekuatan struktural partai. Posisi ini dikesankan sangat berkuasa yang menindas celeng, termasuk tentunya Ganjar," ujar Jamiluddin kepada VOI, Kamis, 21 Oktober.
Jamiluddin menerangkan, celeng dan Ganjar Pranowo justru diposisikan sebagai yang lemah dan dizalimi oleh kekuatan struktural. Bahkan sosok Puan diposisikan seolah turut menzolimi Ganjar dan celeng.
"Jadi, dalam perseteruan celeng dan banteng terdapat pihak penindas dan pihak yang ditindas. Banteng dan Puan digambarkan pihak penindas, sementara celeng dan Ganjar pihak yang tertindas," katanya.
Jamiluddin menjelaskan, dalam budaya politik Indonesia, pihak ‘penindas’ kerap dijauhi oleh pemilih. Mereka ini dianggap jahat dan karenanya akan dijauhi.
Sementara, pihak yang ‘ditindas’ secara politik justru kerap mendapat simpati dari masyarakat. Mereka ini umumnya akan dibela dan di dukung para pemilih.
BACA JUGA:
Karena itu, menurut Jamiluddin, sulit membayangkan bila celeng versus banteng sengaja diciptakan untuk meningkatkan elektabilitas PDIP, khususnya Puan. Justru, kata dia, dalam kasus ini Puan dirugikan sehingga elektabilitasnya semakin sulit di dongkrak.
"Puan dalam kasus ini bisa jadi popularitasnya semakin meningkat, namun peningkatan itu dalam konotasi negatif. Karena itu, peningkatan popularitasnya tidak akan diikuti peningkatan elektabilitasnya," katanya.
Sebaliknya, sambung Jamiluddin, Ganjar Pranowo sebagai pihak yang ‘tertindas’ secara politik justru diuntungkan. Popularitasnya akan semakin tinggi, dan elektabilitasnya juga akan mengikuti.
"Hal itu sudah terlihat dalam survei terbaru Litbang Kompas. Elektabilitas Ganjar bersaing ketat dengan Prabowo Subianto di singgasana, sementara Puan elektabilitasnya tetap terjerembab paling rendah," kata Jamiluddin.