Bagikan:

JAKARTA - Tingkat angka stunting di Surabaya terus menurun. Catatan Dinas Kesehatan Surabaya hingga awal Maret 2022, angkanya sebesar 1.626 dari posisi 31 Januari 2022 sebanyak 1.657 balita.

Catatan itu membuat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi optimistis wilayah yang dipimpinnya capai zero stunting pada tiga bulan ke depan. "Saya ingin tiga bulan ke depan dipantau terus," Wali Kota Eri Cahyadi dikutip Antara, Minggu 6 Maret.

Penurunan angka stunting di Surabaya memang terbilang pesat. Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebelumnya menyebut angka stunting di Surabaya pada Oktober 2021 ada 5.727 kasus, namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785 kasus.

Eri mengatakan, dalam mengatasi masalah stunting bukan hanya tugas Pemkot Surabaya dan TP PKK saja, tetapi juga peran dari Kader Surabaya Hebat serta seluruh stakeholder. Dengan kebersamaan tersebut, ia berharap angka stunting di Kota Surabaya bisa ditekan lagi.

"Kami didukung betul oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, sehingga semua stakeholder nanti akan menjadi satu bagian agar bisa zero stunting," ujarnya.

Ia menyampaikan pesan, tugas pemerintah jangan sampai mempermalukan wong cilik, karena pemerintah hadir adalah untuk memberikan yang terbaik untuk warga Surabaya.

Oleh karena itu, ia ingin nantinya para kader melanjutkan gerakan Surabaya Emas (Eliminasi Masalah Stunting) sebagai motivasi mengatasi stunting ke depannya.

"Insya Allah nanti kalau sudah ada SK Kader Surabaya Hebat itu muncul, saya inginnya per RW. Jadi nanti per RW itu akan dapat penghargaan, jika angka stuntingnya paling sedikit. Tidak hanya stunting, tapi juga tidak ada gizi buruk, orang miskin yang tidak masuk ke dalam MBR (masyarakat berpenghasilan rendah), saya harap tidak ada lagi itu," kata Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Kota (Bappeko) Surabaya ini.