Bagikan:

SOLOK - Harga minyak goreng di Kota Solok, Sumatera Barat, sudah mulai turun ke harga normal. Namun, hal itu justru dibarengi dengan kelangkaan di tingkat pengecer dan konsumen.

Kelangkaan ini bahkan sudah dialami sejak beberapa minggu terakhir. Hal tersebut diakui para pedagang sembako di Pasar Raya Solok.

"Kendati harga minyak goreng sudah mulai turun di pasaran, tetapi mengalami kelangkaan stok yang berlangsung sejak beberapa Minggu terakhir ini," kata Rina, pedagang sembako Pasar Raya Solok, seperti dikutip Antara, Kamis, 3 Maret.

Rina mengungkapkan, harga minyak goreng curah kini turun jadi Rp16 ribu per Kg dari sebelumnya Rp19 ribu per kilogram. Sementara harga minyak goreng premium turun dari Rp42 ribu per dua liter atau Rp21 ribu per liter menjadi Rp32 ribu per dua liter atau Rp16 ribu per liter.

Persoalan harga teratasi, muncul masalah lain. Stok minyak goreng di pasaran seakan menghilang. Para pedagang eceran dan konsumen kini kesulitan mencari bahan pokok satu ini.

"Kami sebagai pedagang juga kesulitan untuk membeli minyak goreng ke grosiran dan dibatasi jumlahnya. Biasanya dapat membeli 200 dus sekarang hanya boleh 20 dus paling banyak," ucapnya.

Rina berharap pemerintah dapat memberikan solusi atas kelangkaan minyak goreng tersebut karena menurutnya minyak goreng merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa terlepas dari rumah tangga.

Menurut Kabid Ketersediaan dan Distribusi Pangan Kota Solok, Efrizal Hasdi melalui Kasi Ketersediaan Pangan Riko Andria Budi, kelangkaan minyak goreng tersebut disebabkan adanya subsidi harga minyak goreng.

"Masyarakat sangat antusias membeli minyak goreng sehingga dalam hitungan jam habis terjual," ujar dia.

Sementara di lain pihak, stok yang disubsidi tidak banyak dan dikeluarkan berkala. Jika langsung banyak, dikhawatirkan ada oknum yang menggunakan kesempatan ini.

Selain itu, untuk saat ini ketersediaan minyak goreng di Pasar Raya Solok berkurang hingga 60 persen termasuk minyak curah dan kemasan.

"Berdasarkan kabar yang beredar karena ada oknum yang membeli dalam jumlah besar namun disimpan untuk dijual saat subsidi sudah habis," katanya.

Selain itu, setelah ditindaklanjuti di pedagang grosir, kelangkaan minyak goreng terjadi karena memang jumlah minyak goreng yang masuk pasar jauh berkurang.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam mengonsumsi minyak goreng dan gunakan seperlunya saja.

"Bahkan makanan yang tidak menggunakan minyak goreng tentunya lebih sehat. Kami juga meminta agar tidak usah menimbun minyak goreng, apalagi mengambil keuntungan dari kejadian ini seperti membeli dengan harga subsidi dan menjual dengan harga non subsidi," ucap dia.