Dubes Fadjroel Rachman: Soal Pemindahan Ibu Kota Nusantara, Indonesia Bisa Mencontoh Kazakhstan
Dubes RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Fadjroel Rachman. (ANTARA/Bayu Prasetyo)

Bagikan:

JAKARTA - Dubes RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan Fadjroel Rachman mengatakan para duta besar yang sedang bertugas di Kazakhstan antusias dengan Ibu Kota Nusantara.

“Waktu saya bertemu dengan para dubes di Nur-Sultan Kazakhstan. Mereka tanya, apa nama ibu kota negara baru yang menggantikan Jakarta? Saya jawab Nusantara artinya archipelago. Kapan Indonesia pindah ke ibu kota negara yang baru? Insya Allah  2024. Semua mengucapkan selamat. Semua sangat antusias mendengarnya,” ujar Dubes Fadjroel Rachman dalam keterangan tertulis dari Borneo Muda yang diterima Antara di Jakarta, Senin.

Pernyataan tersebut disampaikan Dubes Fadjroel Rachman dalam Webinar Nasional oleh Borneo Muda dengan tema “Kesuksesan Pemindahan Ibu Kota Negara di Dunia; Potret Loncatan Kemajuan IKN Nusantara”, pada Sabtu (26/2).

Dalam paparannya, Dubes Fadjroel mengatakan bahwa pemindahan ibu kota Kazakhstan dari Almaty ke Nur-Sultan awalnya adalah pengembangan kota yang lama menjadi lebih luas ke arah kiri dan kanan.

Nama Kota lamanya adalah Akmola, sama seperti di Indonesia atau Kalimantan Timur, yakni kota lamanya adalah Balikpapan dan Samarinda, kata dia.

Ia mengatakan salah satu konsep yang bisa ditiru dari Kazakhstan adalah kemampuannya membuat simbiosis antara sejarah dan masa depan.

Di Kazakhstan ada 130 suku bangsa. Indonesia ada 1.331 suku bangsa dan 718 bahasa daerah. Ibu Kota Nusantara nanti adalah etalase Bhineka Tunggal Ika. Demikian pula Ibu Kota Nur-Sultan, ucap Dubes Fadjroel Rachman soal IKN Nusantara.