Desakan Mundur lewat Demonstrasi Makin Besar, Presiden Belarusia Lukashenko Temui Putin Meminta Dukungan
Lukashenko dan Putin (Sumber: Commons WIkimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko tiba di Rusia untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Tujuan Lukashenko bertemu Putin adalah untuk meminta dukungan Rusia setelah lima pekan berturut-turut terjadi protes besar menuntut pengunduran dirinya.

Melansir Reuters, Senin, 14 September, data pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat Lukashenko mendarat di resor Laut Hitam Sochi. Di tempat tersebut Putin sering menjadi tuan rumah bagi tamu penting yang tengah berkunjung ke Moskow.

Nasib pemimpin Belarusia ada di tangan Putin saat dia menghadapi krisis paling parah dalam 26 tahun kekuasaannya. Dukungan ekonomi dan militer dari Rusia dapat membantu memberi keseimbangan yang menguntungkannya karena pasukan keamanannya menindak keras oposisi.

Oposisi Belarusia menuduh Lukashenko mencurangi pemilihan presiden yang dilaknsanakan pada Agustus. Namun menurut Lukashenko, dia menang secara adil dengan perolehan 80 persen suara. Sejak itu, ribuan orang telah ditangkap dan hampir semua pemimpin utama oposisi telah ditahan, dideportasi, atau dipaksa meninggalkan Belarusia.

Sebelumnya Pemimpin oposisi Belarusia, Maria Kolesnikova, dilaporkan diculik oleh orang yang tidak dikenal untuk dideportasi ke Ukraina. Mencegah dirinya dideportasi, Kolesnikova merobek pun paspornya. Kolesnikova merupakan tokoh kunci di balik unjuk rasa yang bergulir berminggu-minggu memprotes terpilihnya Presiden Belarusia Alexander Lukashenko. 

Setidaknya seratus ribu pengunjuk rasa turun ke jalan di kota Minsk pada Minggu 13 September. Mereka mengejek dan mengolok-olok Lukashenko dengan teriakan "Kamu tikus". Polisi mengatakan mereka telah menahan 774 orang pada protes di seluruh negeri.

Tindakan Putin sejauh ini menunjukkan bahwa dia tidak memiliki keinginan untuk melihat Lukashenko digulingkan oleh tekanan dari jalanan. Hal tersebut dikarenakan Lukashenko telah terbukti sebagai sekutu yang tangguh dan sulit.

Putin mengatakan pada bulan lalu bahwa dia telah membentuk "pasukan polisi cadangan" atas permintaan Lukashenko, meskipun pasukan itu akan dikerahkan hanya jika diperlukan. Rusia akan segera mengirim pasukan terjun payung ke Belarusia untuk latihan militer bersama "persaudaraan Slavia" hingga 25 September. Rusia juga menawarkan untuk merestrukturisasi utang Belarusia dan mendukung sistem perbankan.

Belarusia adalah bekas Uni Soviet dengan hubungan politik, sosial, ekonomi, dan pertahanan yang paling dekat dengan Rusia. Kedua negara bahkan memproklamasikan “negara persatuan” pada 1990-an, lengkap dengan bendera merah ala Soviet.

Dukungan lebih lanjut dari Rusia untuk Belarusia bisa jadi adalah penerimaan Lukashenko atas dominasi Rusia yang lebih besar. Rusia telah lama mendorong integrasi yang lebih dekat, termasuk mata uang gabungan. Lukashenko telah menolak beberapa langkah tersebut, dan memiliki hubungan pribadi yang sulit dengan Putin.

Namun posisi pemimpin Belarusia bisa menjadi lebih genting jika protes terus berlanjut. Demonstrasi pada Minggu 13 September adalah salah satu yang terbesar.

“Kami harus menunjukkan dengan pawai ini bahwa dia tidak mengontrol negara, bahwa dia tidak dalam posisi untuk berbicara atas nama Belarusia,” kata Gennady, seorang pekerja logistik yang menolak memberikan nama lengkapnya.