Jelang Kuartal Ketiga 2020, Jokowi Minta Jajarannya Tingkatkan Daya Beli Masyarakat
Presiden Joko Widodo (Foto: Twitter @jokowi)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, masih ada kesempatan bagi pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional di kuartal ketiga ini yang dimulai sejak Juli lalu. Menurut dia, jajarannya masih punya waktu selama 2 pekan atau setidaknya hingga akhir September.

"Kita masih punya waktu sampai akhir September dalam meningkatkan daya ungkit ekonomi kita, meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan konsumsi rumah tangga di kuartal III ini," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas bersama Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat, Senin, 14 September.

Selama dua pekan ini, dia meminta jajaran menterinya dan pemerintah daerah untuk segera menyalurkan bantuan sosial maupun insentif lainnya. Harapannya, dengan penyaluran tersebut maka daya beli masyarakat maupun konsumsi rumah tangga makin meningkat.

"Saya minta seluruh program insentif yang sifatnya cash, transfer benar-benar diperhatikan, dipercepat," tegasnya.

Sebelumnya, pemerintah terus berjuang agar ekonomi Indonesia tidak mengalami kontraksi guna menghindar dari resesi akibat pandemi COVID-19. Berbagai kebijakan digelontorkan untuk mendorong daya beli masyarakat, namun, Indonesia dinilai masih butuh waktu untuk keluar dari krisis.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui hal tersebut. Ia mengatakan, Indonesia masih membutuhkan waktu untuk lepas dari masa-masa krisis. Karena hal ini, ia meminta, seluruh elemen bekerja lebih untuk mempercepat Indonesia keluar dari krisis.

"Pemerintah harus mengganti channel kerja dari channel yang biasa-biasa menjadi channel yang luar biasa. Seperti juga kondisi dunia pada umumnya, kita masih butuh waktu untuk lepas dari krisis ini," katanya, dalam video konferensi, Selasa, 8 September.

Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ekonomi sudah menunjukkan perbaikan dari tekanan pandemi COVID-19. Jika kontraksi terjadi pada kuartal III, angkanya akan lebih kecil dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 5,32 persen.

"Kalau secara teknikal kuartal III ini kita di zona negatif maka resesi terjadi. Namun, tidak berarti kondisinya sangat buruk (dari kuartal II)," katanya, dalam rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin, 7 September.

Bendahara negara ini menegaskan, ekonomi Indonesia yang negatif di kuartal ketiga ini tidak akan lebih buruk dibandingkan negara lainnya yang diprediksi akan mengalami kontraksi yang cukup tajam.

"Kita dibandigkan negara lainnya cukup lebih baik karena negara lainnya kontraksinya capai minus 20 persen," ucapnya.

Sri Mulyani berujar, kontraksi ekonomi pada kuartal II disumbang oleh penurunan konsumsi yang mendekati minus 5,8 persen dan investasi minus hampir 8 persen. Ia berharap, catatan kinerja konsumsi dan investasi tersebut bisa membaik pada kuartal III.

"Kalau sekarang ekonomi sudah mulai positif artinya membaik dibanding kondisi April, Mei dan Juni. Kita berharap kuartal III yang akan terdiri Juli, Agustus, September indikator pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dibanding kuartal II," jelasnya.