Tegaskan Bagian Tak Terpisahkan Berdasar Fakta dan Sejarah, Kementerian Luar Negeri China: Taiwan Bukan Ukraina!
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying. (Twitter/@globaltimesnews)

Bagikan:

JAKARTA - Taiwan 'bukan Ukraina' dan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari China, kata Kementerian Luar Negeri China pada Rabu, ketika Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyerukan pulau itu untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kegiatan militer dalam menanggapi krisis.

Komentar itu muncul setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menandai risiko bagi Taiwan dalam peringatan pekan lalu, tentang konsekuensi dunia yang merusak jika negara-negara Barat gagal memenuhi janji mereka untuk mendukung kemerdekaan Ukraina.

China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian wilayahnya, telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau yang memiliki pemerintahan sendiri selama dua tahun terakhir. Meskipun, Taiwan telah melaporkan tidak ada manuver yang tidak biasa baru-baru ini oleh pasukan China karena ketegangan atas Ukraina telah meningkat.

Berbicara di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying menolak adanya hubungan antara masalah Ukraina dan Taiwan.

"Taiwan bukan Ukraina," tegasnya seperti melansir Reuters 22 Februari.

"Taiwan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari China. Ini adalah fakta hukum dan sejarah yang tak terbantahkan," sambungnya.

Masalah Taiwan adalah salah satu yang tersisa dari perang saudara, tetapi integritas China seharusnya tidak pernah dikompromikan dan tidak pernah dikompromikan, tambah Hua.

Diketahui, Pemerintah Republik China melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara dari Komunis, yang mendirikan Republik Rakyat China.

Pemerintah Taiwan sangat menentang klaim teritorial China. Presiden Tsai mengatakan Taiwan adalah negara merdeka yang disebut Republik China, yang tetap menjadi nama resmi Taiwan.

Semua unit keamanan dan militer "harus meningkatkan pengawasan dan peringatan dini tentang perkembangan militer di sekitar Selat Taiwan," kata Presiden Tsai dalam pertemuan kelompok kerja tentang krisis Ukraina, yang dibentuk oleh Dewan Keamanan Nasionalnya.

Taiwan dan Ukraina pada dasarnya berbeda dalam hal geostrategi, geografi, dan rantai pasokan internasional, tambahnya, dalam perincian pertemuan yang disediakan oleh kantornya.

"Tetapi dalam menghadapi pasukan asing yang berniat untuk memanipulasi situasi di Ukraina dan mempengaruhi moral masyarakat Taiwan, semua unit pemerintah harus memperkuat pencegahan perang kognitif yang diluncurkan oleh pasukan asing dan kolaborator lokal," ujar Presiden Tsai seperti dikutip.

Pernyataan itu tidak menyebut nama China, tetapi negara itu adalah ancaman militer paling signifikan yang dihadapi Taiwan.

Untuk diketahui, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah menyatakan 'empati' untuk situasi Ukraina, karena ancaman militer yang dihadapi pulau itu dari China.