JAKARTA - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah memberi penjelasan soal keberadaan buaya di Sungai Palu.
Mereka tidak menangkap seluruh buaya dan memindahkan ke tempat penangkaran. Pasalnya ada pertimbangan budaya yang menjadi kearifan lokal masyarakat setempat.
"Meski tujuannya untuk melindungi warga utamanya yang tinggal di bantaran Sungai Palu dari ancaman serangan satwa liar tersebut yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Tetapi ada pertimbangan kearifan lokal warga yang tinggal di bantaran sungai dan Sungai Palu memang merupakan habitat dari buaya di sana," kata Kepala BKSDA Provinsi Sulteng Hasmuni Hasmar, Senin 21 Februari dilansir Antara.
Ia menjelaskan kearifan lokal yang dimaksud bahwa warga asli Palu khususnya yang tinggal di sepanjang bantaran sungai sudah menganggap buaya di sana sebagai teman. Bahkan bisa dianggap juga keluarganya. Jadi mereka tidak menganggap buaya tersebut sebagai satwa yang liar, berbahaya dan menakutkan.
Kearifan lokal itu sudah mendarah daging sejak puluhan tahun lalu. Jika BKSDA menangkap dan memindahkan seluruh buaya di sana ke tempat penangkaran, banyak warga yang akan protes dan keberatan.
"Karena sudah turun temurun ada ikatan dengan buaya di sungai itu. Contohnya saat warga menangkap buaya berkalung ban untuk dilepaskan ban dari lehernya. Setelah bannya berhasil dilepas, warga tidak mau buayanya dipindahkan ke penangkaran. Mereka lepas kembali ke Sungai Palu," ujarnya.
Oleh karena itu, Hasmuni menyatakan pihaknya hanya memberikan sosialisasi dan imbauan kepada warga, terlebih yang tinggal di bantaran sungai agar tidak lengah dan selalu waspada agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti menjadi korban serangan buaya.
Selain itu pihaknya juga memasang tanda larangan beraktivitas di sejumlah titik di Sungai Palu dan Teluk Palu agar terhindar dari ancaman serangan buaya.
"Berdasarkan hasil penelitian tahun 2018, ada 36 ekor buaya yang tinggal dan hidup serta berkembangbiak di Sungai Palu. Beberapa waktu lalu lima ekor telah ditangkap sehingga sampai saat ini tersisa 31 ekor," tambahnya.