Warga Jakarta yang Kasusnya Tertinggi Lebih Tak Khawatirkan Penularan Omicron Dibanding Daerah Lain, <i>Kok</i> Bisa?
Ilustrasi/Foto: Antara

Bagikan:

JAKARTA - Lembaga survei Indikator Politik memaparkan hasil jajak pendapat terbaru. Hasilnya warga Jakarta paling tidak khawatir akan penularan COVID-19 varian Omicron dibanding daerah lain.

Survei ini dilakukan pada periode 15 Januari hingga 17 Februari 2022 kepada responden warga negara Indonesia yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah, dan memiliki akses internet lewat smartphone ketika survei dilakukan.

Survei dilakukan melalui wawancara acak lewat kuesioner secara online kepada 626 responden. Adapun margin of error survei ini sekitar 4 persen dan tingkat kepercayaan survei sebesar 95 persen.

Rinciannya, sebanyak 38,4 persen warga Jakarta mengaku khawatir atas penularan varian Omicron, lalu 56 persen merasa biasa saja, dan 5,6 persen mengaku tidak khawatir dirinya terpapar Omicron.

Sementara, pada daerah lain lebih banyak warganya yang mengaku khawatir tertular Omicron. Warga Sumatera yang khawatir sebanyak 73,2 persen, biasa saja 20,9 persen, dan khawatir 4,8 persen.

Warga Banten yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 55,5 persen, biasa saja 40,6 persen, dan khawatir 0 persen. Warga Jawa Barat yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 65,7 persen, biasa saja 31,8 persen, dan khawatir 2,5 persen.

Warga Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 65,7 persen, biasa saja 31,8 persen, dan khawatir 2,5 persen. Warga Jawa Timur yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 62,5 persen, biasa saja 28,6 persen, dan khawatir 6,1 persen.

Warga Bali dan Nusa Tenggara yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 71,1 persen, biasa saja 26,1 persen, dan khawatir 2,8 persen. Warga Kalimantan yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 72,5 persen, biasa saja 27,5 persen, dan khawatir 0 persen.

Warga Sulawesi yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 70,1 persen, biasa saja 29,9 persen, dan khawatir 0 persen. Warga Maluku dan Papua yang khawatir atas penularan Omicron sebanyak 80,3 persen, biasa saja 12,1 persen, dan khawatir 7,4 persen.

"Dari berbagai kategori sosio demografi, umumnya cukup khawatir tertular Omicron, kecuali warga DKI yang umumnya merasa biasa saja," ujar Peneliti Senior Indikator Politik Rizka Halida dalam pemaparan surveinya, Minggu, 20 Februari.

Kenapa bisa begitu? Rizka menjelaskan ada tiga penyebab. Pertama, kemudahan akses informasi di Ibu Kota paling tinggi. Sehingga, banyak warga yang mengetahui bahwa karakteristik varian Omicron tak lebih mematikan dibanding varian Delta.

"Akses informasi warga DKI dibandingkan di wilayah lain biasanya lebih baik. Dari informasi yang sudah dirilis baik komunitas ilmiah maupun pemerintah, dia lebih mudah menyebar tapi efeknya tidak semematikan varian Delta. Jadi ini salah satu penyebab warga DKI tidak begitu khawatir," ungkap Rizka.

Kedua, akses fasilitas atau pelayanan kesehatan di Jakarta yang lebih memadai juga menjadi faktor warganya tidak khawatir akan penularan virus.

"Warga cukup merasa secure, kalau sampai tertular, mereka bisa mendapat penanganan kesehatan yang baik. Sehingga, ini menurunkan kekhawatiran warga," ucap Rizka.

Faktor lainnya, vaksinasi dosis ketiga atau booster di Jakarta juga paling tinggi dibanding daerah lain. Tercatat per tanggal 19 Februari, vaksinasi booster di Jakarta mencapai 1.123.825 orang.

"Booster di wilayah DKI juga termasuk yang tinggi dibandingkan wilayah lain. Ini juga membuat mereka merasa aman, cenderung lebih tinggi di kalangan warga Jakarta dibandingkan daerah lain," jelasnya.