JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas angkat bicara menyusul pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) soal strategi baru teroris. Di Indonesia, pelaku menyusup masusk ke partai, ormas islam sampai lembaga negara untuk menguasai lembaga tersebut.
Menurut Anwar, sebaiknya BNPT mendahulukan terorisme yang ada di tanah Papua. Mengutip pernyataan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahwa terorisme di Papua menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat.
"Jangankan masyarakat biasa, polisi dan tentara saja takut. Jadi kenapa yang besar tidak diurus kenapa yang belum besar didahulukan," tegas Anwar Abbas saat dihubungi VOI, Minggu, 20 Februari.
Anwar Abbas juga tidak setuju dengan cara yang dipakai BNPT hari ini. Muncul kesan bahwa lembaga yang dikomandoi Komjen Boy Rafli Amar tersebut baru bergerak saat terorisme itu sudah menjadi kasus besar.
"Jadi saya menginginkan masalah radikalisme, ekstrimisme, terorisme, jangan hanya diurus oleh BNPT, menteri dalam negeri dan menteri agama. Tapi juga melibatkan elemen-elemen masyarakat. Kalau hari ini kesan saya, BNPT sekarang ini berkebun radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme. Saya maunya jangan kayak begitu. Jadi memadamkan api itu ketika masih kecil jangan setelah besar," tegas dia.
Dia menambahkan, BNPT hari ini hanya sibuk berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Agama (Kemenag). Seharusnya, BNPT melibatkan juga masyarakat dan tokoh agama. Pun, tugas penting yang harus diselesaikan adalah mencari akar permasalahan terorisme.
Menurut Abbas, semua permasalahan di bangsa ini termasuk terorisme adalah ketidakadilan. "Praktik-praktik ketidakadilan, mengesampingkan nilai kebenaran, praktik yang menyampingkan nilai kebersamaan. Saya melihat, kalo bicara ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme. Jangan hanya dibicarakan ada ledakan bom, tapi cari penyebabnya," demikian Abbas.
Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris sebelumnya menyebutkan, teroris saat ini bersembunyi di partai, ormas Islam, maupun lembaga negara. "Jangankan lembaga negara, jangankan partai. Organisasi ummat yang sangat kita harapkan melahirkan fatwa-fatwa atas kegelisahan umat terhadap persoalan kebangsaan itu juga dimasuki (teroris)," kata Irfan dalam Sharing Session BNPT di Jakarta Selatan, Jumat lalu.
BACA JUGA:
Menurut Irfan, strategi baru ini terendus sejak pimpinan ISIS Abu Bakar Al Baghdadi menta pengikutnya, simpatisan, militan atau pendukung tak melulu datang ke Suriah melainkan 'menyusup' ke lembaga tertentu. Awalnya teroris hendak membangun basis di Poso Sulawesi Tengah. Namun rencana ini gagal menyusul tewasnya salah satu pentolan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Irfan menegaskan, pernyataan ini tidak bermaksud menuding ormas, partai atau lembaga sebagai sarang terorisme melainkan peringatan untuk berhati-hati.