Jakarta – Menyongsong Pemilu 2024 sekaligus merespon situasi Indonesia paska pandemi, Perkumpulan Kader Bangsa menggelar diskusi situasi sosial ekonomi, politik dan kepemimpinan. Dari diskusi yang dihadiri perwakilan anak muda dari berbagai daerah di Indonesia ini, muncul banyak aspirasi, mulai dari penguatan sosial budaya, kebermanfaatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital terhadap anak muda, isu lingkungan, kesenjangan sosial, penguatan demokrasi, sampai dukungan terhadap munculnya calon presiden independen anak muda pada Pilpres 2024 nanti.
“Diskusi ini merupakan penanda bahwa anak muda Indonesia, apapun asal daerahnya, agamanya, partai politiknya, dengan jumlah populasinya yang sangat besar, memiliki aspirasi yang sama dalam menyongsong era perubahan. Kita menginginkan dan siap untuk lebih terlibat, berpartisipasi bahkan memimpin proses pembangunan bangsa ini secara bersama", ujar Dimas Oky Nugroho, Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, Senin 14 Februari saat membuka acara diskusi.
Acara diskusi yang bertema "Ngobrol Bareng: Transformasi Indonesia dan Visi Kepemimpinan Nasional, Bunga Rampai Pemikiran Aceh sampai Papua" digelar secara hybrid dan dihadiri sekitar seratus pemimpin muda.
Salah seorang tokoh anak muda asal Tangerang Selatan, Banten, Fahd Pahdepie yang hadir dalam diskusi, memberikan sejumlah catatan tentang pentingnya keterlibatan yang berkapasitas dari anak muda dalam kepemimpinan nasional.
“Bicara tentang kepemimpinan setidaknya harus memiliki 3 kriteria. Pertama, insight, atau wawasan, pengetahuan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi. Kedua, seorang pemimpin harus memiliki integritas, yaitu sebuah komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari kepentingan dirinya, keluarga atau kelompoknya," ujarnya.
BACA JUGA:
Kalau pemimpin sudah memiliki insight dan integritas, lanjut Fahd, maka akan melahirkan inspirasi, sesuatu yang mendorong orang untuk bergerak bersama, ikut berjuang bersama. "Saya pikir pemimpin seperti itu yang dibutuhkan dan dipilih oleh anak muda,” bebernya.
Ferdiansyah, perwakilan anak muda dari Palembang, Sumatera Selatan menyatakan hari ini dunia terfokus pada tiga isu utama, sesuai dengan tema Presidensi G20 Indonesia. Yakni, arsitektur kesehatan global, yang menurutnya bisa ditafsirkan sebagai upaya Indonesia menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di pentas internasional.
Selanjutnya, green economy dan digital economy merupakan masa depan yang harus diperjuangkan. Menurut dosen di Universitas Sriwijaya ini, ketiga hal tersebut membutuhkan keterlibatan dan kehadiran kepemimpinan anak muda.
Sementara Adi, dari Makassar, Sulawesi Selatan, menyatakan perubahan dan perbaikan situasi sosial ekonomi, budaya dan politik Indonesia tak bisa dilepaskan dari kepemimpinan anak muda. "Telah menjadi kenyataan historis apalagi dengan jumlah penduduk usia produktif dan anak muda hari ini yang begitu besar maka kepemimpinan anak muda tak bisa dihindari," ujar pengajar Universitas Muhammadiyah Makassar ini.
Sementara tokoh anak muda asal Cianjur, Jawa Barat, Fajar Arif Budiman mengharapkan kemunculan pemimpin muda alternatif dan independen dalam Pilpres 2024. Fajar menegaskan agar wacana presiden anak muda alternatif ini harus diterjemahkan secara kongkret.
“Saya pikir, meminjam tiga kriteria pemimpin yang disebutkan yang harus memiliki wawasan, integritas dan aksi yang menginspirasi, tidak banyak kita temui pemimpin yang seperti itu. Namun di kalangan anak muda menurut saya beberapa kita jumpai, figur seperti Bang Dimas Oky Nugroho dan mungkin beberapa tokoh anak muda lain saya pikir layak didukung menjadi capres alternatif dari anak muda masyarakat sipil,” kata Fajar yang dikenal sebagai penggerak anak muda Jawa Barat ini.
Tokoh anak muda asal Samarinda, Kalimantan Timur, Mohamad Taufik mendukung gagasan calon presiden anak muda sebagai alternatif dari elitisme yang menguat dalam ranah politik nasional. "Anak muda Indonesia adalah pemilik negara ini, dan kita harus terlibat dalam setiap proses perjalanan bangsa. Soal kepemimpinan nasional, saya pikir negara ini harus kasih ruang untuk anak muda maju," ujar mantan Ketua KPU Kalimantan Timur ini.
Ni Made Ras Amanda, perwakilan dari anak muda Denpasar, Bali menyoroti tentang pentingnya keterlibatan yang berkualitas dari anak muda dalam dunia digital dan sosial media. Sementara Novita Kristiani, pemimpin komunitas muda dari Malang, Jawa Timur, mengharapkan anak muda jangan dijadikan alat politisasi dan untuk itu harus memiliki isu sendiri untuk dimajukan dan diperjuangkan, yang bukan terkontiminasi isu elite dan oligarki.
Sementara Choirul Huda, tokoh anak muda NU asal Salatiga, Jawa Tengah, menyatakan pentingnya anak muda Indonesia menyoroti fenomena radikalisme dan memberikan solusi terkait hal tersebut. Hendra Iban, tokoh muda dari Kalimantan Tengah, menyatakan, pentingnya kesadaran bersama bagi anak muda untuk membangun blok historis untuk kepentingan bangsa.
Sedangkan Sahat Sinurat, mantan Ketum GMKI menyebut gerakan anak muda untuk kepemimpinan nasional mendatang bisa dimaksimalkan melalui partai politik. Untuk itu, ia menuntut reformasi dan inovasi partai politik dalam menghadapi Pemilu 2024 yang lebih progresif dan akomodatif terhadap suara serta figur pemimpin muda.