Kontroversi Film <i>Mulan</i>: Ungkapan Terima Kasih Disney ke Pemerintah Xinjiang China Diprotes
Poster film Mulan (Instagram/mulan)

Bagikan:

JAKARTA - Ucapan terima kasih Disney kepada pemerintah Xinjiang, China atas bantuannya pada pembuatan film Mulan menuai kritik. Pasalnya pemerintah yang daerahnya dijadikan latar film itu diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia serius terhadap warga minoritas Uighur.

Melansir CNN, Rabu 9 September, Disney mengakui keterlibatan beberapa badan pemerintah China dalam pembuatan film Mulan. Selain itu Disney juga mengucapkan terima kasih kepada departemen publisitas pemerintah Xinjiang dan Biro Keamanan Publik dan Pariwisata untuk Turpan. Ucapan terima kasih itulah yang menimbulkan kontroversi.

Belum jelas berapa banyak adegan di Mulan yang berlatar di Xinjiang. Sementara orang-orang yang mengerjakan film tersebut mengatakan mereka hanya mencari dan memfilmkan lokasinya saja. 

Film Mulan yang beberapa adegannya diambil di Xinjiang memicu kecaman luas di media sosial sejak dirilis Disney+, layanan streaming Disney. Para pembela HAM mendesak Disney untuk memublikasikan apa perjanjiannya dengan pemerintah China terkait pembuatan film tersebut.

"Sangat mengganggu bila Disney menganggap tak mengapa untuk bermitra dengan Xinjiang, dan juga untuk berterima kasih kepada departemen pemerintah, khususnya departemen propaganda, dan biro keamanan publik wilayah di China yang terlibat dengan genosida," kata Isaac Stone Fish, senior di Asia Society, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York. 

Pada 2017, sutradara Mulan Niki Caro mengunggah foto dari Urumqi, ibu kota Xinjiang. Ia mengatakan sedang mencari lokasi untuk film tersebut. Dalam sebuah wawancara pada September dengan Conde Nast, desainer produksi Mulan Grant Major membahas pembuatan film di Gurun Taklamakan di Xinjiang, ujung barat daya kawasan itu.

Kontroversi

Adrian Zenz, seorang akademisi terkemuka di Victims of Communism Foundation yang telah membantu menyebarkan cerita-cerita besar dari Xinjiang, mengatakan bahwa kasus paling awal dari pusat pendidikan di Xinjiang terjadi di Turpan pada 2013. Zenz mengatakan bahwa meskipun Disney tidak tahu tentang meningkatnya jumlah pusat pelatihan yang didirikan di Xinjiang, penindasan yang meluas di wilayah tersebut tidak mungkin tidak terlihat.

"Ada kantor polisi dan pos pemeriksaan di seluruh Xinjiang pada akhir 2016, jangan sampai terlewatkan," katanya.

Sebelumnya pada Agustus 2019, aktivis pro-demokrasi di Hong Kong menyerukan boikot Mulan setelah aktor utama menyatakan dukungannya kepada polisi Hong Kong di akun media sosialnya.

"Saya mendukung polisi Hong Kong. Anda semua bisa menyerang saya sekarang. Sungguh memalukan bagi Hong Kong," kata Liu Yifei, warga negara AS kelahiran China yang berperan sebagai Hua Mulan. 

 

Departemen Luar Negeri AS memperkirakan bahwa sejak 2015 sebanyak dua juta mayoritas Muslim Uighur dan minoritas Turki lainnya dipenjara di kamp-kamp pendidikan yang sangat besar di Xinjiang. Namun pihak China membela tindakan keras di Xinjiang dengan dalih untuk mengatasi ekstremisme dan terorisme. Mereka juga mengatakan hal itu sejalan dengan hukum China dan praktik internasional. 

Pemerintah China juga menyebut tuduhan penahanan massal sebagai "kebohongan tidak berdasar" dan "rumor sensasional." Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China menegaskan kembali pembelaannya bahwa kamp tersebut bukan penjara melainkan pusat pendidikan dan pelatihan keterampilan kejuruan.