Jokowi Sebut Indonesia Butuh Waktu untuk Keluar dari Krisis, Pasrah Akan Resesi?
Tangkap layar Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah kini berjuang keras agar pada kuartal III, ekonomi Indonesia tidak kontraksi sehingga terhindar dari resesi akibat pandemi COVID-19. Berbagai kebijakan digelontorkan untuk mendorong daya beli masyarakat, namun, Indonesia dinilai masih butuh waktu untuk keluar dari krisis.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui hal tersebut. Ia mengatakan, Indonesia masih membutuhkan waktu untuk lepas dari masa-masa krisis. Karena hal ini, ia meminta, seluruh elemen bekerja lebih untuk mempercepat Indonesia keluar dari krisis.

"Pemerintah harus mengganti channel kerja dari channel yang biasa-biasa menjadi channel yang luar biasa. Seperti juga kondisi dunia pada umumnya, kita masih butuh waktu untuk lepas dari krisis ini," katanya, dalam video conference, Selasa, 8 September.

Jokowi mengatakan, pemerintah masih sangat membutuhkan fleksibilitas kerja dan kesederhanaan prosedur. Ia ingin seluruh proses dilakukan secara cepat dan efektif.

"Semua harus dilakukan dengan prosedur yang sederhana, demi keselamatan masyarakat. Keselamatan masyarakat lebih utama daripada prosedur yang berbelit yang kita buat sendiri. Sudah waktunya harus kita rombak," tuturnya.

Menurut Jokowi, dengan sistem yang sederhana, Indonesia bukan hanya dapat menangani krisis, namun juga bisa membuat lompatan untuk bisa berkompetisi dengan dunia internasional.

"Pemerintah sudah komitmen bahwa upaya kita tidak hanya terbatas untuk keluar dari krisis, namun memanfaatkan krisis untuk melakukan lompatan. Memanfaatkan krisis ini untuk membangun cara kerja baru, kelembagaan baru yang mampu berkompetisi dalam persaingan global," tuturnya.

Jokowi juga mengatakan, sejak awal pihaknya telah meminta seluruh jajaran pemerintah untuk selalu mengedepankan akuntabilitas, transparansi dan inovasi. Serta, selalu mengutamakan tujuan utama dari program yang dijalankan.

Selain itu, kata Jokowi, pemerintah juga sudah melakukan upaya extraordinary di bidang perekonomian yaitu dengan memberikan bantuan sosial (bansos) berupa kebutuhan pokok dan uang tunai. Pemerintah juga mengeluarkan subsidi bagi pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta.

"Untuk menyelamatkan masyarakat yang menganggur, tidak berpenghasilan kita beri bantuan. Ada juga bantuan untuk UMKM dan restrukturisasi kredit juga harus dilakukan secara cepat. Semua ini dilakukan agar kondisi perekonomian tidak semakin terpuruk dan kegiatan perekonomian masyarakat masih bisa berjalan," tuturnya.

Sekadar informasi, pada kuartal I ekonomi Indonesia masih berada di zona positif. Namun, pada kuartal II tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi cukup dalam 5,32 persen. Jika pertumbuhan ekonomi di kuartal III masih berada di zona negatif, maka secara teknikal Indonesia akan masuk jurang resesi.