Bagikan:

JAKARTA - Jerman harus meningkatkan kepemimpinannya di panggung internasional dan meliberalisasi kebijakan ekspor senjatanya, termasuk mempertimbangkan pengiriman senjata ke Ukraina, Ketua Konferensi Keamanan Munich terpilih sekaligus diplomat senior Jerman, Christoph Heusgen, dalam sebuah wawancara.

Jerman mendapat kecaman karena menolak mengirim senjata ke Ukraina, tidak seperti sekutu Barat lainnya, di tengah kekhawatiran invasi baru Rusia. Jerman memiliki kebijakan lama untuk tidak mengekspor senjata ke zona perang, yang sebagian berakar pada sejarah abad ke-20 yang berdarah dan menghasilkan pasifisme.

Heusgen mengatakan, Berlin menunjukkan kepemimpinan politik dalam krisis, misalnya menghidupkan kembali format pembicaraan Normandia dengan perwakilan dari Ukraina, Rusia, Prancis dan Jerman.

Tetapi, Jerman harus mempertimbangkan untuk mengekspor senjata sehingga Ukraina dapat mempertahankan diri juga, kata Heusgen, mantan diplomat senior Jerman yang akan segera memimpin MSC pada acara 18-20 Februari. Ia mengatakan, menggunakan sejarah sebagai alasan tidak lagi tepat atau bahkan logis.

"Kami membuatnya terlalu mudah pada diri kami sendiri, untuk mengatakan kami selalu melakukannya seperti itu, jadi kami melanjutkan," katanya kepada Reuters, seperti dikutip 5 Februari.

"Kita harus berdebat tentang peran Jerman yang lebih aktif dalam kebijakan luar negeri, dan kebijakan keamanan dan (kebijakan ekspor senjata) adalah bagian darinya," sambungnya.

Heusgen mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya memicu krisis dengan Ukraina untuk meningkatkan popularitasnya di tanah air, tetapi tampaknya belum memutuskan untuk bertindak.

"Dia melihat dari dekat bagaimana kita akan bereaksi," tandasnya. Heusgen.

Jerman, donor terbesar kedua untuk PBB, telah menunjukkan lebih banyak kepemimpinan kebijakan luar negeri di bawah mantan Kanselir Angela Merkel, sebut Heusgen, misalnya, menjadi lebih aktif di Afrika.

Diberitakan sebelumnya, Mantan juara dunia tinju kelas berat yang kini menjadi Wali Kota Kyiv Vitali Volodymyrovych Klitschko atau dikenal dengan Vitali Klitschko, tidak bisa berkata-kata dengan tawaran bantuan helm dari Jerman, dibanding bantuan persenjataan dari Amerika Serikat dan Inggris.

Jerman akan memasok 5.000 helm militer ke Ukraina untuk membantu mempertahankan diri dari kemungkinan invasi Rusia. Menteri Pertahanan Christine Lambrecht mengatakan Berlin, yang menghadapi kritik yang berkembang atas penolakannya untuk memasok senjata ke Ukraina seperti yang telah dilakukan negara-negara Barat lainnya, menanggapi permintaan peralatan militer, khususnya helm.

"Pemerintah Jerman setuju bahwa kami tidak mengirim senjata mematikan ke daerah krisis karena kami tidak ingin menyulut situasi, kami ingin berkontribusi dengan cara lain," kata Menteri Lambrecht pada konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.

Dia menambahkan bahwa Jerman juga memasok rumah sakit lapangan ke Ukraina dan masih mencari solusi damai. Sebelumnya, Duta Besar Ukraina di Berlin telah mendesak Pemerintah Jerman untuk setidaknya membantu dengan mengirimkan 100.000 helm dan rompi pelindung.

Menanggapi hal ini, Klitschko yang tinggal selama bertahun-tahun di Jerman dan sekarang menjadi wali kota ibukota Ukraina, tidak terkesan dengan tawaran helm.

"Perilaku pemerintah Jerman membuat saya tidak bisa berkata-kata. Kementerian Pertahanan tampaknya belum menyadari, kita dihadapkan dengan pasukan Rusia yang diperlengkapi dengan sempurna yang dapat memulai invasi lain ke Ukraina kapan saja," ujarnya kepada Harian Bild.

"Dukungan macam apa yang akan dikirim Jerman selanjutnya?" dia bercanda. "Bantal?"

Dia mengatakan, Ukraina adalah negara sahabat yang memiliki visi untuk membangun dirinya menjadi negara Eropa modern.