Alami Cedera Kepala dan Koma: Komandan Militer China Bawa Obor Olimpiade, Diboikot India
Qi Fabao saat membawa obor Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. (Twitter/@globaltimesnews)

Bagikan:

JAKARTA - India pada Kamis mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, setelah seorang komandan yang terlibat dalam bentrokan perbatasan tahun 2020 antara kedua negara, muncul sebagai pembawa obor Olimpiade dalam estafet obor menjelang Olimpiade.

Keputusan tersebut dipicu setelah gambar menunjukkan komandan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Qi Fabao dihormati sebagai salah satu dari sekitar 1.200 orang yang membawa obor Olimpiade saat bergerak melintasi zona kompetisi Olimpiade menjelang penyalaan kuali Olimpiade Jumat malam.

"Sangat disesalkan bahwa pihak China telah memilih untuk mempolitisasi acara seperti Olimpiade," Arindam Bagchi, juru bicara Kementerian Luar Negeri India, mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi, mengutip CNN 4 Februari.

Qi Fabao, seorang komandan resimen Komando Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Xinjiang, yang mengalami cedera kepala serius dalam bentrokan tentara China dengan India di perbatasan Lembah Galwan pada 15 Juni 2020

Bentrokan itu terjadi dengan tentara di kedua sisi menggunakan tongkat, batu dan tiang bambu paku dalam bentrokan perbatasan paling mematikan antara dua tetangga bersenjata nuklir dalam lebih dari 40 tahun.

perbatasan china india
Ilustrasi perbatasan China dengan India. (Wikimedia Commons/Jashan)

Kedua belah pihak menuduh satu sama lain telah melampaui batas de facto, Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control/LAC) yang membentang di sepanjang sektor barat Lembah Galwan.

Mengutip The Star dari SCMP 10 Desember 2021, Letnan Kolonel Qi Fabao yang telah sembuh dari lukanya akibar bentrokan tersebut, menyatakan siap kembali bertugas lagi.

"Saya siap untuk kembali ke medan perang dan bertarung lagi," katanya.

Bentrokan di pegunungan tandus antara Aksai Chin yang dikuasai China dan Ladakh Timur yang dikuasai India adalah konflik terburuk antara kedua negara dalam beberapa dasawarsa.

Bentrokan merenggut nyawa komandan batalion China Chen Hongjun, beserta tiga anggotanya, Chen Xiangrong, Xiao Siyuan dan Wang Zhuora. Sementara di pihak India disebutkan sekitar 20 tentara tewas, termasuk Kolonel Santosh Babu.

Pihak China mengatakan bentrokan dimulai ketika Qi dan tentaranya 'disergap' oleh tentara India, ketika mereka menyeberangi sungai setinggi pinggang untuk bernegosiasi tentang pelanggaran perbatasan. Namun, pihak India menyalahkan pertempuran itu pada PLA yang melewati batas dan melakukan provokasi.

perbatasan india china
Ilustrasi perbatasan India dan China. (Wikimedia Commons/Vinay.vaars)

Setelah Qi diselamatkan, diangkut dengan helikopter dan akhirnya dibawa ke rumah sakit di Chongqing, dia menjalani beberapa operasi besar, menurut laporan itu. Qi juga dikatakan sempat koma akibat peristiwa tersebut.

Insiden itu secara serius merusak hubungan diplomatik China-India dan memicu konfrontasi militer antara dua tetangga bertenaga nuklir itu, yang memiliki perbatasan yang disengketakan yang membentang ribuan kilometer melalui Himalaya.

"Jika pasukan diibaratkan dengan pedang yang tajam, maka keberanian dan kejujuran prajurit adalah bilah pedang. Kami tidak takut berkorban, dan kami selalu berpegang pada keyakinan bahwa kami lebih baik mengorbankan hidup kami daripada kehilangan satu inci dari wilayah kami," ujar Qi saat menghadiri pertemuan elite militer tingkat tinggi China tahun lalu, mengutip Global Times 11 Juni.

Pada Bulan Juni tahun lalu, Presiden China Xi Jinping mengeluarkan Medali 1 Juli, penghargaan tertinggi yang diberikan kepada anggota Partai Komunis, secara anumerta kepada Chen Hongjun, yang istrinya melahirkan seorang putra empat bulan setelah kematiannya. Sementara tiga prajurit secara anumerta diberikan penghargaan jasa kelas satu.

Ada pun India juga memberikan penghargaan untuk pahlawannya. Di mana secara anumerta menganugerahkan kepada Kolonel Santosh Babu kehormatan militer tertinggi kedua, Maha Vir Chakra, karena memerangi China 'sampai nafas terakhirnya.'