Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Inggris Raya (United Kingdom) Munawir Aziz menegaskan ratusan diaspora santri siap mengabdi untuk Indonesia.

"Kalau didata secara serius, ada ratusan diaspora santri yang punya keahlian bidang sains dan bidang-bidang lain, dan siap mengabdi," kata Munawir dalam keterangan tertulis dikutip Antara, Kamis, 3 Februari

Dia menegaskan PCINU Inggris Raya siap berkhidmah untuk transformasi digital dan inovasi Pengurus Besar NU saat ini dan mendatang.

"Kami ada puluhan experts santri lintas bidang, sebagian profesor, sebagian peneliti ahli di kampus-kampus Inggris dan sebagian praktisi di perusahaan-perusahaan internasional," ungkapnya.

Komitmen itu disampaikan Munawir terkait permintaan Presiden Jokowi agar PBNU 'membawa pulang' Ainun Najib, dan para diaspora santri, agar berkhidmah untuk NU.

"Ini sangat membanggakan, karena Ainun Najib sebagai representasi santri-santri profesional di luar negeri,” katanya.

Namun, menurut Munawir, masih ada ratusan santri-santri/Nahdliyyin yang saat ini belajar dan bekerja di luar negeri, yang mempunyai keahlian di berbagai bidang, baik data scince, artificial intelligence, robotika, financial technology dan berbagai keahlian lain.

Bahkan, kata dia, ada sebagian diaspora santri yang juga profesor dan berpengaruh di berbagai kampus internasional. Beberapa praktisi juga menjadi experts di lembaga-lembaga internasional.

"Mereka sebenarnya siap khidmah, dan sangat mau diajak berjuang bersama-sama untuk mengabdi ke NU dan Indonesia," katanya menegaskan.

Dia berharap PBNU sebaiknya dan sudah seharusnya menyiapkan skema agar khidmah bisa dilangsungkan dengan sistem digital yang terintegrasi.

"Jadi, ada komando tugas, koordinasi project, dan kemudian tim-tim kecil antar diaspora santri yang saling mendukung untuk membantu satu inovasi yang disiapkan PBNU," jelas Munawir.

Menurut dia, bila dasar tugas atau projek dengan tenggat waktu yang jelas dan koordinasi teknis yang rapi, maka di manapun khidmahnya akan memungkinkan.

"Bisa jadi, timnya dari Singapura, Jepang, Jerman, Belanda, Inggris, Amerika, Australia, atau negara manapun. Tapi, tetap dikomando dan diorkestrasi oleh PBNU," ungkap Munawir.