Wapres Ma'ruf Amin Bahas Muslim Kaffah dan Pandangan NU di Kairo Mesir
Wapres Ma'ruf Amin beserta Wury Amin bertolak ke Timur Tengah menjalani rangkaian kunker sejak Selasa 1 November 2022. (dok Setwapres)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin meminta PCINU atau Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Mesir terus menjaga pola berpikir Nahdlatul Ulama alias NU yang moderat, dinamis, dan tetap ber-manhaj memiliki dasar keilmuan yang jelas.

Hal itu disampaikan Wapres saat menerima jajaran PCINU Mesir di sela kunjungan kerja di Kairo, Mesir, pada Minggu 6 November.

"Dahulu NU pernah juga menjadi konservatif khususnya sebelum Muktamar NU di Lampung pada 1992, sehingga lahirlah apa yang disebut sistem pengambilan keputusan di lingkungan NU yang saya namakan sebagai dinamisasi pemikiran," kata Wapres dalam keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Senin 7 November.

“Itulah kerangka berpikir NU, dia tidak statis, tidak liberal, tapi dia moderat, dinamis, tapi juga ber-manhaj,” sambung Wapres.

Oleh sebab itu, Wapres mengharapkan agar pola pemikiran NU tersebut terus dipakai untuk menyikapi segala persoalan, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kita boleh mendengar berbagai pendapat, tetapi kita harus saring apakah memenuhi kriteria pola pemikiran NU atau tidak,” ujarnya.

Sebagai contoh, sambung Wapres, terkait adanya perdebatan Muslim kaffah tidak NKRI dan NKRI tidak Muslim kaffah, NU menyikapi hal ini dengan pendekatan keduanya tidak saling bertentangan dan menegasikan.

“Ini pikiran yang saya angkat dan sekarang sudah mulai dipahami banyak pihak. Tetapi saya minta pola pemikiran NU ini tetap terus disosialisasikan,” pintanya.

Ketua Tanfidziyah PCINU Ahmad Rikza Aufarul Umam melaporkan pada Wapres bahwa PCINU Mesir dalam hal pendidikan saat ini berfokus pada diskursus keilmuan klasik dan kontemporer, serta berorientasi pada produksi karya ilmiah.

“Dan sebagaimana arahan Bapak Wapres, lembaga-lembaga kajian PCINU Mesir juga kita dorong untuk mengarah pada kajian-kajian penguatan pada moderasi beragama,” ujarnya.

PCINU Mesir juga tengah menguatkan riset dan inovasi di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir.

“Di sini memang minim metodologi riset. Di kampus Al-Azhar memang tidak secara langsung diajarkan metodologi riset, sehingga PCINU Mesir berinisiatif untuk membangun budaya riset dan literasi, termasuk melalui kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional,” paparnya.

Lebih lanjut, Rikza menuturkan dalam mengembangkan budaya riset ini, PCINU Mesir saat ini memiliki hambatan terkait akses jurnal ilmiah keindonesiaan dan keagamaan khususnya di tingkat nasional, karena semuanya berbayar, sehingga dia meminta bantuan Pemerintah untuk mempermudah akses terhadap jurnal-jurnal tersebut.

Sedangkan dalam bidang sosial, tutur Rikza, PCINU Mesir bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU (LAZISNU) ikut mengelola dan memberdayakan dana zakat, serta dana darurat untuk jaminan keamanan dan kesehatan mahasiswa.

“Kemudian terkait pemberdayaan ekonomi, PCINU Mesir saat ini mengelola beberapa unit usaha, ada rumah makan kuliner nusantara, kemudian penginapan, dan jasa ekspedisi barang atau kargo untuk pengiriman kitab-kitab mahasiswa yang akan pulang ke Indonesia,” imbuhnya.

Terakhir, terkait penguatan ekonomi syariah, kata Rikza, PCINU Mesir telah menginisiasi berdirinya Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) sejak dua tahun lalu.

“Terkait literasi digital kita juga sedang menggarap proyek untuk promosi khasanah nusantara dan pemikiran-pemikiran ulama nusantara termasuk Syekh Nawawi Al-Bantani untuk dipromosikan secara luas di kalangan internasional dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Arab," tandasnya.