Bagikan:

JAKARTA –Berita duka muncul dari keluarga besar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Mantan Ketua PWI Pusat Margiono meninggal dunia. Ketua Dewan Penasehat PWI Pusat ini mengembuskan napas terakhir pada Selasa, 1 Februari pukul 09.45, di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Modular, Jakarta.

Wartawan senior ini meninggal setelah beberapa hari berjuang melawan COVID-19. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi keluarga besar PWI, yang akan merayakan Hari Pers Nasional, pada 9 Februari mendatang di Kendari.

“Ini berita yang sangat mengejutkan saya. Beberapa hari lalu, almarhum sudah berjanji ingin datang di HPN. Kami ingin kembali seperti masa-masa dulu,” kata Ketua Umum PWI Pusat Atal S. Depari, saat dihubungi VOI.

Namun beberapa hari lalu, Atal mendengar almarhum Margiono sakit dan terpaksa harus dirawat di rumah sakit dan diisolasi.

“Sebenarnya kami sangat ingin menjenguk, namun karena protokol kesehatannya tak membolehkan terpaksa kami hanya bisa mengirimkan salam kepada keluargnya dan berdoa akan  kesembuhannya,” ujar Atal.

Sosok Margiono sendiri bagi Atal adalah seorang yang luar biasa, baik sebagai kawan atau pimpinan saat di PWI dulu. “Beliau ini orangnya sangat sabar. Ia tidak mau terlibat banyak konflik. Namun di satu sisi, ia juga bisa sangat tegas  jika terjadi konflik di PWI,” ucap Atal.

“Saat kami kunjungan ke daerah, terutama pas Sholat Jumat, ia selalu minta untuk menjadi Imam. Ini menunjukkan kepemimpinan beliau di bidang agama yang juga kuat,” tambah Atal.

Sebagai wartawan Atal menilai, almarhum sebagai wartawan yang kritis namun tetap santun. “Kalau ia mengkritisi, tak pernah ia merendahkan orang lain. Tulisannya selalu bijak,” kata Atal.

Margiono merupakan wartawan senior yang sudah berkarier sejak zaman Orde Baru. Dia pernah menampilkan kover Presiden Soeharto berpakaian raja dalam kartu king di majalah D&R. Kover ini membuat heboh masa itu. Aksi berani ini membuat majalah tersebut kehilangan SIUPP.

Margiono yang terpilih sebagai ketua umum dalam Kongres PWI pada 2008 dan menjabat selama dua periode, dikenal sebagai pemimpin yang istimewa bagi Atal.

Yudha Prananda, salah satu adik ipar almarhum juga merasa sangat kehilangan atas meninggalnya sang kakak ipar, yang selama hidupnya akrab dipanggil “Mas MG”.

“Kami merasa sangat kehilangan. Bagi kami Mas MG ini sosok pemimpin yang menjadi panutan kami. Sosok yang rendah hati dan dermawan. Sosok yang sabar dalam mengambil sikap dan sosok pemimpin yang tegas,” kata Yudha saat dihubungi VOI.

Yudha juga berharap semua kesalahan Mas MG selama hidupnya untuk dimaafkan. “Terima kasih, atas perhatian seluruh   kerabat dan sahabat. Kami tidak bisa berkata lebih banyak, mohon maafkan kesalahan almarhum selama hidupnya dan doakan semoga diterima di sisi Allah,”  ujar Yudha.  Almarhum kini dimakamkan di TPU Jelupang Griya Asri Serpong Utara, Tangerang. 

Almarhum Margiono sendiri, saat ini masih menjabat sebagai Direktur Utama Rakyat Merdeka dan CEO Rakyat Merdeka Group. “Kita semua di PWI, merasa kehilangan sosok panutan dan kami keluarga besar PWI, mengucapkan turut berduka cita sebesar-besarnya kepada keluarga almarhum Pak Margiono, semoga amal ibadahnya diterima Allah,” pungkas Atal.