Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai kemacetan di Jakarta tak akan berkurang meski ibu kota negara telah dipindahkan ke Kalimantan Timur.

Sebab, kata Anies, mobilitas kegiatan pemerintahan di Jakarta hanya berkontribusi tak sampai 7 persen dari volume kemacetan setiap harinya.

"Bagi Jakarta bukan status Ibu Kota itu yang penting karena ini adalah tentang lokasi pemerintah pusat saja. Bahkan, bicara tentang kemacetan kontribusi pemerintah dalam kemacetan di Jakarta itu kurang dari 7 persen. Jadi, tidak akan ada efeknya pada kemacetan di Jakarta," kata Anies dalam tayangan Youtube Pemprov DKI Jakarta, dikutip pada Jumat, 28 Januari.

Anies kemudian berbicara mengenai wajah Jakarta setelah melepas status Ibu Kota. Kata Anies, Jakarta telah menjadi pusat kegiatan rumah tangga dan tempat usaha hal ini yang menjadi salah satu penyebab kemacetan Jakarta tak bisa terhindarkan.

Karenanya, Anies menyebut tantangan yang akan dihadapi Jakarta sekarang adalah bagaimana kota metropolitan ini bisa menjadi salah satu kota global dunia yang melayaninya itu melayani kebutuhan global

"Jakarta adalah Kota Megapolitan terbesar di belahan selatan dunia. Tapi megapolitan ini terdiri dari Jakarta, Bekasi Raya, Tangerang Raya dan Depok ini sebagai satu kesatuan jadi secara administrasi kita adalah variasi tapi secara peran Jakarta kota megapolitan terbesar di selatan dunia," ungkap Anies.

Karenanya dalam rangka Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023-2026, Anies ingin Jakarta menjadi pusat ekonomi dan bisnis berskala internasional. Saat itu, masa jabatan Anies sebagai Gubernur DKI telah berakhir.

"Jakarta ini menyumbangkan saat ini menyumbangkan 18 persen dari GDP nasional kalau kita bisa terus melakukan efisiensi atas kegiatan perekonomian kita maka lompatan ini makin kuat lagi karena pintu gerbang internasional tetap ada di Jakarta," jelas dia.

Penyusunan RPD diharapkan dapat menjadikan Jakarta menjadi pusat perekonomian, pendidikan dan kesehatan. RPD bukan hanya terkait hal administrasi maupun meneruskan program yang sudah ada, melainkan mempertimbangkan posisi Jakarta di dalam orbit kota megapolitan dunia.

"Jadi, kenyataannya Jakarta akan mengalami transformasi. Tapi, bagi Jakarta, sebetulnya bukan status itu yang penting. Sekarang kita berbicaranya tentang bagaimana Jakarta bisa menjadi salah satu kota global dunia yang melayaninya itu adalah melayani kebutuhan global. Ini tantangan kita sekarang," ujar Anies.