RSPI Sulianti Saroso Butuh Lebih Banyak Relawan dalam Penanganan COVID-19
Ruang Isolasi RSPI Sulianti Saroso (Diah Ayu Wardani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - RSPI Sulianti Saroso sebagai salah satu rumah sakit rujukan sempat mengalami kelebihan daya tampung pasien. Hal ini seiring dengan kasus positif COVID-19 di Indonesia yang terus meningkat setiap harinya. Data per 28 Agustus penambahan kasus baru tembus diangka 3.003.

Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr Mohammad Syahril mengatakan, rumah sakitnya adalah rujukan akhir pasien COVID-19. Artinya, pasien yang dirawat di sini adalah pasien yang memiliki gejala berat.

Gejala berat yang dimaksud adalah suhu badan pasien tinggi, demam, batuk bahkan sampai sesak nafas. Selain itu juga memiliki penyakit penyerta misalnya hipertensi, jantung, stroke, dan ginjal.

Namun, kata Syahril, sebelum pasien dirujuk untuk dirawat di sini ada mekanisme yang harus dipenuhi. Pasien wajib melewati prosedur sistem penanggulangan gawat darurat terpadu yang terkoneksi.

Syahril mengaku, RSPI Sulianti Saroso pernah mengalami kelebihan pasien, beberapa hari belakangan ini. Penyebabnya, karena daya tampung yang dimiliki oleh rumah sakit ini hanya 44 ranjang.

"Tiga, empat hari lalu overload. Begitu dia sembuh, masuk lagi, kamar ICU dan IGD. Agustus ini (pasien memuncak). Sebelumnya ada 28 pasien atau 30. Tapi belakangan ini (jadi) 44," katanya, di Jakarta, Jumat, 28 Agustus.

Menurut Syahril, dari 44 ranjang yang ada di rumah sakit ini, hanya tersisa lima ranjang lagi yang dapat digunakan untuk merawat pasien positif COVID-19.

"Hari ini tersisa lima saja, dari 44 tempat tidur. Jadi hari ini masih ada, tapi enggak tahu nanti," ucapnya.

Karena tingginya jumlah pasien COVID-19 yang berada di rumah sakit ini, Syaril mengatakan, pihaknya membutuhkan tambahan relawan. Bahkan, dirinya sudah meminta bantuan Pemprov DKI Jakarta.

Lebih lanjut, Syaril menjelaskan, relawan akan bertugas membantu tenaga medis. Karena, RSPI Sulianti Saroso memberlakukan pengurangan jam kerja kepada tenaga medis. Tujuannya, untuk bisa memberikan waktu beristirahat agar daya tahan tubuh tidak menurun, selama menangani pasien dan menghindari penularan COVID-19.

"Kami mengajukan tambahan relawan. Dokter butuh relaksasi karena jenuh, harus mengurangi jam kerja. Totalnya dokter sekitar 50, perawat 200, tapi tetap kurang. Karena harus istirahat. Ada tiga shift dalam sehari. Sudah, kami minta bantuan (Pemprov). Kalau dibantu lebih bagus," katanya.