JAKARTA - Elektabilitas putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka yang maju dalam pemilihan Wali Kota Solo tinggi, namun banyak warga yang belum bisa menentukan pilihan jika pemilihan dilakukan saat ini.
Demikian berdasarkan hasil survei Indonesia Politics Institute (IPI). Survei ini diikuti 440 orang responden dan yang telah memiliki hak memilih, sebanyak 36,8 persen akan memberikan dukungannya untuk Gibran dan 1,3 persen untuk Bagyo Wahyono yang maju dari jalur independen.
"Tapi dalam pemilihan top of mind ini, seandainya pemilihan langsung Kota Solo dilaksanakan hari ini ternyata, masyarakat yang belum menentukan pilihannya atau tidak menjawab mencapai 45,9 persen," kata Direktur Eksekutif IPI Karyono Wibowo saat merilis hasil surveinya secara daring, Kamis, 27 Agustus.
Survei ini juga mencatat sebanyak 62,7 persen responden merasa Gibran pantas menjadi wali kota. Sedangkan untuk Bagyo, hanya 12,1 persen responden yang menganggap dirinya pantas sebagai wali kota.
Adapun survei dilakukan menggunakan metode multi stage random sampling dan dilakukan secara tatap muka langsung. Survei dilakukan pada 3 Agustus hingga 7 Agusutus 2020 dengan margin of error 4,8 persen.
Lebih lanjut, dalam survei itu disebutkan elektabilitas Gibran dan Teguh Prakosa memang tinggi. Namun, angka pemilih yang belum menetapkan pilihannya di kota tersebut juga masih di atas 40 persen.
Karyoto mengatakan, pasangan Gibran-Teguh memiliki elektabilitas sebesar 49,75 persen. Sementara, pasangan Bagyo Wahyono-FX Suparjo (Bajo) yang maju dari jalur independen hanya memiliki elektabilitas sebesar 1,6 persen.
"Sementara undecided voter atau pemilih yang belum menetapkan pilihannya masih cukup tinggi berada di angka 48,7 persen," ungkapnya.
Adapun alasan undecided voters ini masih tinggi karena mereka masih menunggu siapa saja yang nantinya akan berlaga di dalam kontestasi pemilu tersebut. Terutama, siapa yang akan menjadi lawan Gibran-Teguh.
BACA JUGA:
Melihat tingginya angka undecided voters ini, Karyoto mengatakan angka inilah yang harus diusahakan untuk direbut kedua pasangan yang akan berlaga di Pilwalkot Solo tersebut. Apalagi jumlahnya masih berada di atas 40 persen.
"Nah, undecided voters inilah yang menjadi ceruk pemilih yang menjadi pertarungan. Ini pemilih yang swing voters ini masih abu-abu yang masih mengambang ini yang menentukan," ujarnya.
Meski angka undecided votersnya masih tinggi, namun Karyoto tak yakin jika pasangan Bajo dapat bersaing dengan Gibran-Teguh. "Sulit sekali pasangan Bajo ini mengejar pasangan Gibran-Teguh Prakoso karena jaraknya terlalu jauh sementara waktunya tinggal kurang lebih tiga bulan," jelasnya.
"Kecuali memang waktunya masih agak panjang, mungkin masih bisa mengejar. Tapi karena waktunya tinggal tiga bulan kelihatannya agak sulit untuk mengalahkan Gibran," imbuh dia.
Lalu bagaimana cara meraup dukungan undecided voters? Kata Karyoto, Gibran-Teguh dan Bajo harus mampu meyakinkan masyarakat Solo untuk memilih.
"Siapapun paslon mereka harus menampilkan sosoknya sebagai tokoh yang merakyat, bersih, tegas, sederhana, humble karena tadi mayoritas akses kepribadian kandidat jadi pertimbangan utama menentukan pilihan," pungkasnya.