JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan COVID-19 belum bisa disebut sebagai endemik, lantaran sifat penularannya yang belum dapat diprediksi, dengan separuh dari populasi Eropa bisa terinfeksi varian Omicron dalam dua bulan.
Pejabat Inggris dan Spanyol termasuk di antara mereka yang menyerukan pengobatan Covid-19 sebagai penyakit endemik, mirip dengan flu, karena penurunan tingkat kematian dan untuk lebih melonggarkan pembatasan.
Nmaun, pejabat senior WHO untuk Eropa Dr. Catherine Smallwood mengatakan, kondisi saat ini masih jauh untuk menggambarkan COVID-19 sebagai endemik. Dia mengatakan, masih ada sejumlah besar ketidakpastian dan virus berkembang dengan cepat dan menimbulkan tantangan baru.
"Endemisitas mengasumsikan bahwa, pertama-tama, ada sirkulasi virus yang stabil pada tingkat yang dapat diprediksi, dan gelombang penularan epidemi yang berpotensi diketahui dan dapat diprediksi," terang Dr. Smallwood, melansir The National News 11 Januari.
"Tapi apa yang kita lihat saat ini memasuki tahun 2022 jauh dari itu. Jadi kami tentu tidak bisa menyebutnya endemik," tandasnya.
Berbicara pada media briefing WHO, Dr Smallwood mengatakan COVID-19 mungkin akan menjadi endemik pada waktunya, tetapi "menyebutkannya hingga 2022 agak sulit pada tahap ini."
Menurutnya, mencapai tahap endemik tergantung pada respons yang efisien dan penyerapan vaksin yang merata dan merata.
Sementara itu, Direktur WHO Eropa Dr. Hans Kluge memberikan peringatan tentang 'gelombang pasang baru dari barat ke timur' yang menyapu seluruh wilayah, di tengah penyebaran varian Omicron yang sangat menular.
Pada tingkat saat ini, kata Dr Kluge, diperkirakan "lebih dari 50 persen populasi di wilayah tersebut akan terinfeksi Omicron dalam enam hingga delapan minggu ke depan."
Wilayah Eropa WHO terdiri dari 53 negara dan wilayah, termasuk beberapa di Asia Tengah. Dr Kluge mengatakan, 50 dari negara tersebut telah mengkonfirmasi kasus varian Omicron.
Dia mengatakan ada tujuh juta kasus baru Omicron di seluruh Eropa pada minggu pertama Januari.
BACA JUGA:
Mengacu pada data yang dikumpulkan selama beberapa minggu terakhir, Dr Kluge mengatakan Omicron jelas lebih menular dan “mutasi yang memungkinkannya untuk menempel pada sel manusia lebih mudah, dapat menginfeksi mereka yang sebelumnya telah terinfeksi atau divaksinasi.”
Namun dia menambahkan, vaksin COVID-19 yang tersedia masih "memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah dan kematian, termasuk untuk Omicron."