Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada jajaran untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Ia menargetkan angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.

Diketahui, stunting adalah kondisi anak yang lebih pendek dibanding tinggi badan seusianya. Pada anak yang mengalami stunting, sel otak tidak berkembang maksimal, sehingga akan memengaruhi kecerdasan.

Angka stunting di tahun 2021 sebesar 24,4 persen. Angka ini telah menurun dari sebelumnya sempat mencapai 36,8 persen pada 2007. Jokowi menargetkan tahun depan angka stunting bisa kembali turun 3 persen dari tahun 2021.

Target Jokowi ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai rapat terbatas mengenai strategi percepatan penurunan stunting di Istana Negara.

"Hitung-hitungan kami 2,7 persen pertahun. Pak Presiden juga menargetkan kalau bisa tahun depan turun 3 persen. Tapi rata-rata harus turun 2,7 persen kalau mencapai target 14 persen," kata Budi dalam tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 11 Januari.

Melanjutkan, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaskan dua jenis intervensi yang dilakukan untuk percepatan penurunan stunting, yaitu intervensi sensitif dan intervensi spesifik.

Intervensi spesifik berkaitan dengan penyebab langsung stunting umumnya di sektor kesehatan. Pada intervensi spesifik, pemerintah fokus kepada konfisianak dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum masa kehamilan (remaja putri).

“Saya senang tadi mendengar apa yang disampaikan Pak Menteri Kesehatan banyak sekali langkah-langkah strategis yang di (intervensi) spesifik ini. Constraint-constraint-nya sudah sangat dikuasai oleh Pak Menteri Kesehatan dan kemudian dilakukan intervensi di situ, termasuk pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, imunisasi, dan sebagainya,” jelas Hasto.

Sementara, intervensi sensitif berhubungan dengan penyebab tidak langsung yang dilaksanakan lintas sektor. Hasto menganggap pnguatan intervensi sensitif di sisi hulu harus sejalan dengan penguatan intervensi spesifik di sisi hilir.

“(Intervensi) sensitif ini pengaruhnya cukup besar. Tadi Pak Menteri Kesehatan juga menyampaikan, ini 70 persen pengaruhnya, di antaranya adalah lingkungan yang bersih, air bersih tersedia, kemudian kemiskinan, pendidikan, itu adalah faktor-faktor yang sifatnya sensitif,” papar Hasto.