MEDAN - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi curhat saat menerima tamunya dari Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI). Ia mengeluhkan susahnya membangun Sumatera Utara sampai berujar apa harus mengimpor pemimpin dari Eropa dulu atau Anies Baswedan dari Jakarta untuk menggerakkan roda pembangunan di daerahnya.
"Masak saya harus bilang 'mudah-mudahan kita ditolong Tuhan'. Masak Tuhan terus yang kita jadikan alasan, semua sudah dikasih sama Tuhan ada laut, ada gunung, tinggal kita mengelolanya," kata Edy di hadapan pengurus APTISI, di Aula Tengku Rizal Nurdin Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara, Senin 10 Januari.
Ia meminta kepada anggota dan pengurus di jajaran APTISI untuk memberikan sumbang saran atau solusi atas problem yang dihadapinya kini. Mantan Pangkostrad itu juga mengajak semua pihak untuk memberikan saran atas hal tersebut dan mau peduli ikut membangun Sumatera Utara.
"Saya, kalau bapak-bapak ini sulit untuk diajak berbicara membangun Sumut ini sama siapa lagi saya bicara? Apa harus kita tunggu orang dari Singapura, apa harus kita pilih orang dari Eropa sana, atau kita pinjam Anies Baswedan dari Jakarta nanti kalau sudah bagus kembalikan ke kami lagi, tentu tidak seperti itu," jelasnya seperti dilansir Era.id.
Edy Rahmayadi menjelaskan, Indonesia akan memasuki bonus demografi, yang mana angka kelahiran Indonesia saat ini jumlahnya sekitar 5 juta pertahun. Angka tersebut sebanding dengan jumlah penduduk negara Singapura.
Sedangkan untuk Sumut, lanjutnya, angka anak muda dari umur 16 - 30 tahun berada di angka 45 persen. "Bayangkan pak di tahun 2045 bonus demografi kita ini tidak dididik dengan baik, tak punya kemampuan, tak punya skill, bukan bonus demografi namanya, tapi penghancur demografi," ungkapnya.
Gubsu Edy berharap perguruan tinggi menjadi tempat untuk menyiapkan generasi muda yang andal yang akan memimpin di masa depan, sehingga target yang disampaikan Presiden Joko Widodo yang diprediksi Indonesia akan menguasai dunia.
"Tapi kalau nggak didik dan dipersiapkan dengan baik, apa mungkin kita menguasai dunia. Jangan hanya sekolah-sekolah saja, mau ngapain? Itu yang sekolah, bagaimana yang tidak sekolah, lebih parah lagi. Mohon maaf saya pak, sekali lagi mohon maaf, jangan di somasi saya," pungkas Edy Rahmayadi.