Bagikan:

JAKARTA - Jutaan lebah madu yang diternakan di Kota Haenam, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan telah dibunuh atau menghilang secara misterius, mendorong pemerintah setempat untuk menyelidiki penyebabnya.

Peristiwa itu bermula pada September lalu. Sampai baru-baru ini, sepuluh peternakan di wilayah ini melaporkan permasalahan tersebut. Lima dari peternakan mengatakan, lebih dari 80 persen lebah mereka terbunuh atau hilang.

Sementara peternakan lainnya mengatakan, kerusakan mencapai lebih dari 50 persen koloni mereka. Ada sekitar 80 peternakan lebah madu dengan sekitar 20.000 sarang seluruhnya di kota ini, mengutip Korea Times 6 Januari.

Laporan mengutip pemilik peternakan yang mengatakan bahwa lebah yang menghilang sebagian besar Desember lalu dan bulan ini, mungkin meninggalkan sarang mereka untuk beberapa alasan yang tidak diketahui dan mati karena musim dingin. Seorang pejabat daerah mengatakan, "sangat jarang bahwa sejumlah besar lebah madu tiba-tiba menghilang selama periode Desember-Januari."

labh madu
Ilustrasi madu lebah. (Wikimedia Commons/The White House)

Terpisah, asosiasi petani lebah kota ini mengatakan, mereka pertama kali mengira pembunuhan massal dan penghilangan ini karena penyakit tertentu yang melanda peternakan lebah, mencoba mengendalikan ancaman itu. Meskipun demikian, upaya tersebut belum menghasilkan solusi yang jelas, membuat para petani sangat prihatin.

Produksi madu Haenam mendapat pukulan langsung dari kejadian tersebut, karena hanya mengumpulkan seperempat dari hasil tahun sebelumnya. Menurut seorang peternak lebah dari daerah tersebut, satu sarang biasanya menghasilkan 20 kilogram madu, tetapi tahun lalu hanya menghasilkan lima hingga delapan kilogram.

"Lebih buruk lagi, mereka menghilang begitu saja," ungkap petani tersebut.

Pemerintah Kota Haenam September lalu meminta laboratorium layanan hewan provinsi untuk menilai insiden tersebut, akhirnya menerima kesimpulan, itu mungkin akibat dari foulbrood penyakit bakteri yang fatal.

Namun, karena kerusakan terus mengkhawatirkan para petani, otoritas kota sekarang berencana untuk melakukan penilaian kedua berdasarkan pengambilan sampel yang lebih ekstensif dari sebelumnya.

Untuk diketahui, pejabat pemerintah daerah menganggap insiden itu kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi virus tertentu yang bermutasi dan, karena ada hari-hari yang lebih hangat dari biasanya selama periode hibernasi lebah, yang dimulai pada Bulan Oktober, infeksi dapat menyebar lebih jauh.