Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS, Alifudin, khawatir intervensi Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman oleh Pemerintah lewat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), akan berdampak pada pengembangan vaksin Merah Putih. 

 

Pasalnya, di awal pandemi COVID-19, Eijkman salah satu lembaga yang mendorong agar dilakukan tes banding atas false negatif di Litbangkes.

"Dengan di leburnya ke BRIN, LBM Eijkman khawatir mudah diintervensi lewat kepentingan politik nantinya. Karena pada dasarnya peneliti atau saintis itu harus terus memiliki daya kritis yang tinggi," ujar Alifudin, Selasa, 4 Januari. 

 

Diketahui, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman (WASCOVE) mengumumkan perpisahannya di awal 2022. Mulai 1 Januari 2022, kegiatan deteksi COVID-19 di PRBM Eijkman akan diambil alih oleh Kedeputian Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN.

 

Anggota DPR bidang kesehatan itu mengatakan, apabila nalar kritis peneliti diintervensi, nantinya akan menjadi keliru dalam mendapatkan hasil penelitian yang mutakhir. Khususnya untuk kasus COVID-19 yang sampai sekarang belum usai.

"Peleburan ini harus dilihat dari berbagai aspek, seperti para staf peneliti yang lulusan luar negeri ingin mengabdi ke Indonesia, dengan bekerja di Eijkman, taunya di PHK tanpa pesangon, hal itu jangan sampai membuat pesimis para akademisi kita," kata Alifudin. 

 

Sekali lagi, Alifudin khawatir Eijkman akan menjadi kepentingan politik BRIN. Sebab, salah satu dewan pengarah BRIN adalah pimpinan partai politik.

 

Selain itu, soal vaksin Merah Putih yang jadwal penyelesaian uji klinis diundur, Alifudin berharap BRIN terus maju untuk mensukseskan penyelesaian Vaksin Merah Putih.

"Semoga BRIN dan lembaga terkait yang dilebur tidak terikat dengan kepentingan atau intervensi politik belaka, kita semua berharap COVID-19 juga harus bersama diatasi," tutup Alifudin