JAKARTA - Rusia telah melampaui Brasil untuk memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia dari pandemi COVID-19, di belakang Amerika Serikat, data dari layanan statistik negara Rusia dan perhitungan Reuters menunjukkan pada Hari Kamis.
Layanan statistik Rosstat mengatakan, 87.527 orang telah meninggal karena penyebab terkait virus corona pada November, menjadikannya bulan paling mematikan di Rusia sejak awal pandemi, dikutip dari Reuters 31 Desember.
Total korban meninggal akibat pandemi Rusia mencapai 658.634, menurut perhitungan Reuters berdasarkan angka Rosstat hingga akhir November dan data dari gugus tugas virus corona untuk Desember, menyalip Brasil yang mencatat 618.800 kematian.
Sementara, korban tewas di Amerika Serikat lebih tinggi, yakni 825.663 orang, menurut penghitungan Reuters, tetapi populasinya dua kali lebih besar dibanding Rusia.
Perhitungan Reuters juga menunjukkan Rusia mencatat lebih dari 835.000 kematian berlebih sejak awal wabah pada April 2020 hingga akhir November, dibandingkan dengan rata-rata kematian pada 2015-2019.
Beberapa ahli epidemiologi mengatakan, menghitung kematian berlebih adalah cara terbaik untuk menilai dampak sebenarnya dari sebuah pandemi.
Sejauh ini, jumlah kematian Rusia belum terpengaruh oleh varian Omicron dan sebagian besar disebabkan oleh lonjakan infeksi pada Oktober dan November, yang oleh otoritas kesehatan disalahkan pada varian Delta dan kampanye vaksinasi yang lambat.
Terpisah mengutip TASS, Rusia mencatat 21.073 infeksi COVID-19 baru yang dikonfirmasi selama 24 jam terakhir pada Hari Kamis, dengan jumlah total infeksi mencapai 10.479.344 kasus menurut pusat krisis anti-coronavirus.
BACA JUGA:
Jumlah kematian COVID-19 di Rusia selama 24 jam terakhir telah meningkat 926, dibandingkan dengan 932 sehari sebelumnya. Dengan demikian, negara tersebut telah mencatat kurang dari 1.000 kematian harian yang disebabkan oleh infeksi virus corona selama satu minggu.
Untuk diketahui, pada Hari Kamis, otoritas Rusia memerintahkan rumah sakit untuk bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan kasus COVID-19.