JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama sekitar 50 menit di telepon, di tengah meningkatnya ketegangan di perbatasan Ukraina, Kamis.
Panggilan telepon yang diminta oleh Putin dimulai pada pukul 15.35 waktu setempat. Baik Gedung Putih dan Kremlin diharapkan untuk memberikan ringkasan panggilan mereka segera.
Presiden Biden dan Presiden Putin diperkirakan akan membahas berbagai topik, tidak hanya situasi tegang di Eropa tetapi juga negosiasi yang berjalan lambat dengan Iran mengenai program nuklirnya, mengutip Reuters 31 Desember.
Terpisah, juru bicara Kremlin Dimitry Peskov dalam keterangannya kepada wartawan sebelum percakapan kedua pemimpin, menyiratkan materi dan hasil yang dicapai tidak akan diungkapkan ke publik.
"Kali ini tentang percakapan telepon, panggilan telepon biasa. Dengan demikian, tidak akan ada bagian publik," ujar Peskov mengutip TASS.
Kendati demikian, Peskov menyebut percakapan yang diminta oleh Presiden Putin tersebut tujuannya sangat jelas sejak awal.
"Tujuannya untuk terus membahas isu-isu yang menjadi agenda video call mereka baru-baru ini. Selain itu, mereka juga akan membahas sejumlah isu mendesak terkait pembicaraan yang akan digelar pada 10-12 Januari mendatang," urai Peskov.
Ini akan menjadi percakapan kedua antara kedua presiden bulan ini. Sebelumnya, Presiden Putin dan Presiden Biden mengadakan panggilan video dua jam pada 7 Desember, dengan fokus pada situasi di sekitar Ukraina. Mereka juga membahas hubungan bilateral, masalah keamanan siber dan kesepakatan nuklir Iran.
BACA JUGA:
Diketahui, Moskow telah membuat Barat khawatir dengan mengerahkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina dalam dua bulan terakhir, menyusul perebutan semenanjung Krimea Ukraina pada 2014 dan dukungannya terhadap separatis yang bertempur di Ukraina timur.
Rusia membantah berencana menyerang Ukraina dan mengatakan pihaknya memiliki hak untuk memindahkan pasukannya di wilayahnya sendiri sesuka hati.
Sebaliknya, Moskow khawatir dengan apa yang dikatakannya sebagai Barat mempersenjatai kembali Ukraina, mengatakan ingin jaminan yang mengikat secara hukum NATO tidak akan memperluas lebih jauh ke timur, dan bahwa senjata ofensif tertentu tidak akan dikerahkan ke Ukraina atau negara tetangga lainnya.
Untuk diketahui, pembicaraan tingkat pemimpin dilakukan menjelang pertemuan keamanan AS-Rusia 10 Januari, diikuti oleh sesi Rusia-NATO pada 12 Januari, dan konferensi yang lebih luas termasuk Moskow, Washington dan negara-negara Eropa lainnya yang dijadwalkan 13 Januari.