Sembilan Hari Terakhir Pemerintahan Angela Merkel: Jerman Catat Rekor Ekspor Senjata, Mesir Konsumen Terbesar
Ilustrasi Fregat Meko A-200. (Wikimedia Commons/Patrosk-Dente)

Bagikan:

JAKARTA - Jerman mampu mencatat rekor ekspor penjualan pada tahun 2021, setelah persetujuan menit terakhir dari kesepakatan senjata dalam miliaran euro oleh Pemerintahan Angela Merkel yang akan berakhir, meskipun pemerintah hanya bertindak dalam kapasitas eksekutif pada saat itu.

Mengutip Daily Sabah 25 Desember, Pemerintahan Merkel mampu mencapai kesepakatan senilai hampir 5 miliar euro atau setara 5,6 miliar dolar Amerika Serikat, dalam sembilan hari terakhir di kantor pemerintah.

Nilai kesepakatan tersebut membawa total ekspor senjata Jerman ke rekor 9,04 miliar euro untuk tahun ini, menurut Kementerian Ekonomi dalam menanggapi pertanyaan seorang anggota parlemen, dilihat oleh kantor berita Jerman dpa.

Mesir adalah penerima utama ekspor senjata Jerman, konsumen terbesar penjualan kali ini, meskipun ada kritik atas pelanggaran hak asasi manusia dan keterlibatannya dalam konflik di Yaman dan Libya.

Berdasarkan perjanjian menit terakhir, Thyssenkrupp Marine Systems dapat mengirimkan tiga frigat MEKO A-200 EN ke Mesir; Diehl Defense telah diberi wewenang untuk mengirimkan 16 sistem pertahanan udara IRIS-T SLS/SLX ke Mesir; dan ThyssenKrupp Marine Systems diizinkan mengekspor kapal selam tipe 218 SG ke Singapura.

sistem pertahanan udara iris-t
Sistem pertahanan udara IRIS-T. (Wikimedia Commons/Boevaya mashina)

Koalisi antara Demokrat Kristen dan Sosial Demokrat digantikan oleh pemerintahan baru awal bulan ini, setelah Pemilihan September.

Rincian kesepakatan disampaikan hanya sehari sebelum Olaf Scholz terpilih sebagai kanselir, meskipun nilai ekspornya belum diketahui saat itu.

Sekarang jelas, nilai ekspor senjata ke Mesir mencapai 4,34 miliar euro, terlepas dari kenyataan bahwa pemerintah hanya bertindak dalam kapasitas eksekutif, ketika keputusan besar seperti itu biasanya dihindari.

Kesepakatan itu dilakukan di bawah mantan kanselir Angela Merkel, bersama dengan Scholz, yang saat itu menjabat sebagai wakil kanselir.

Meski demikian, toreh ini masih menuai kritik keras. Anggota parlemen yang mengajukan pertanyaan, Sevim Dagdelen, seorang ahli kebijakan luar negeri sayap kiri, mengkritik Scholz, seorang Sosial Demokrat, dan mengecam kritik partai terkemuka terhadap ekspor senjata ke rezim otoriter sebagai hal yang tidak penting.