Peneliti Hong Kong Sebut Limbah Masker COVID-19 Cemari Air Setara 54.800 Kolam Renang Ukuran Olimpiade
Ilustrasi limbah masker. (Unsplash/Brian Yurasits)

Bagikan:

JAKARTA - Limbah masker bedah selama pandemi COVID-19 yang mengalir ke ke laut dapat melepaskan mikroplastik saat terdegradasi, mencemari jumlah air yang setara dengan 54.800 kolam renang ukuran Olimpiade.

Dr. He Yuhe dari City University's State Key Laboratory of Marine Pollution membuat penemuan melihat masker yang dibuang di pantai-pantai setempat, yang telah melihat masuknya pengunjung lokal yang mencari tempat akhir pekan di tengah pandemi virus corona.

"Pandemi COVID-19 masih berlangsung, dan wajar jika orang memakai masker bedah, maka orang juga membuangnya," uajr Dr. He mengutip Korea Times dari SCMP 25 Desember.

"Kami sangat mengimbau kepada warga untuk waspada saat berada di pedesaan, membuang masker bekas pakai dengan benar agar tidak tersapu ke laut oleh angin atau hujan," tandasnya.

Masker medis menjadi kebutuhan untuk mencegah penyebaran COVID-19, dengan perkiraan 129 miliar digunakan di seluruh dunia setiap bulan pada tahun 2020.

masker bedah
Ilustrasi masker. (Unsplash/Mika Baumeister)

Karena masker terbuat dari anyaman serat plastik, penutup wajah yang dibuang membutuhkan waktu antara 100 hingga 1.000 tahun untuk terurai sepenuhnya.

Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat, mendefinisikan mikroplastik sebagai semua jenis fragmen plastik dengan diameter kurang dari 5 mm.

Begitu berada di laut, arus laut dan sinar ultraviolet dari matahari memecah masker menjadi fragmen atau serat kecil. Dia mampu meniru gerakan gelombang di laboratorium dengan menempatkannya dalam botol air laut buatan dan mengocoknya.

Studi laboratoriumnya menemukan, satu masker dengan berat antara 3 hingga 4 gram, dapat sepenuhnya terurai menjadi 880.000 hingga 1,17 juta keping mikroplastik setelah sembilan hari, sementara yang sudah rusak dapat terurai lebih cepat.

Dia mengatakan angka itu bisa jadi diremehkan karena tidak bisa meniru sinar matahari.

Sementara itu, sebuah laporan oleh OceansAsia yang berbasis di Hong Kong tahun lalu memperkirakan sekitar 1,56 miliar masker bedah sekali pakai akan masuk ke laut pada tahun 2020. Dia memperkirakan ini dapat menyebabkan pelepasan 1.370 triliun keping mikroplastik.

Pada konsentrasi 10 mikroplastik per ml air, Profesor CityU mengatakan jumlah total akan mencemari volume air laut yang setara dengan 54.800 kolam renang ukuran Olimpiade. Sementara, dia menemukan sekitar sepertiga dari potongan-potongan itu berukuran kurang dari 10mm, sementara 25 persen lainnya lebih besar dari 50mm.

Ironisnya, potongan plastik yang sangat kecil ini dapat dimakan oleh krustasea mikroskopis yang disebut copepoda, yang ditemukan di hampir setiap habitat air asin dan air tawar, menyediakan makanan untuk hewan yang lebih besar termasuk ikan dan bahkan paus.

limbah masker
Ilustrasi limbah masker. (Unsplash/Robin Ooode)

Dia menguji dampaknya pada satu spesies, Tigriopus japonicus, dan menemukan kemampuan reproduksi mereka berkurang 22 persen, sementara asupan nutrisi dan laju pertumbuhan mereka juga melambat.

Para peneliti mengatakan, mereka khawatir itu bisa menghasilkan efek domino pada ekosistem laut, terutama karena masker bukan satu-satunya sumber mikroplastik di lautan.

Mikroplastik dari sampah lain, yang dapat berupa botol minuman, kosmetik, pakaian, dan jaring ikan, sudah sangat sulit dihilangkan dari lingkungan.

Jika copepoda kenyang karena memakan mikroplastik, mereka akhirnya akan memakan lebih sedikit ganggang, yang menyebabkan pasang merah, mekarnya tanaman air yang besar yang mencekik oksigen di dalam air dan membunuh hewan lain.

Tak hanya itu, pengurangan jumlah copepoda karena reproduksi yang lebih lambat juga bisa berarti penurunan sumber makanan untuk spesies lain

"Karena masker adalah alat pencegahan penyakit, yang benar-benar kita butuhkan adalah penegakan aturan yang lebih ketat untuk mencegah membuang sampah sembarangan," tegas Kenneth Leung Mei-yee, seorang profesor yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.

Menanggapi SCMP, Departemen Perlindungan Lingkungan mengatakan penduduk tidak boleh meninggalkan masker wajah bekas dan "barang berguna lainnya" tanpa pengawasan saat berada di pedesaan.

Departemen menambahkan, mereka menggunakan sistem pesawat tak berawak untuk memantau pantai kota sepanjang 1.200 meter, yang mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk mensurvei 65 lokasi pantai di distrik Utara, Tai Po, Sai Kung, Sha Tin, Tuen Mun, serta di wilayah selatan dan kepulauan.