JAKARTA - Puluhan orang dikhawatirkan hilang setelah tanah longsor terjadi di tambang batu giok di Myanmar utara, Rabu pagi menurut kelompok masyarakat sipil dan laporan media.
Tanah longsor terjadi di daerah Hpakant, Negara Bagian Kachin sekitar pukul 4 pagi dan ada kekhawatiran, sekitar 80 orang telah tersapu ke danau oleh limbah pertambangan, kata seorang pejabat di Yayasan Pengembangan Jaringan Kachin.
"Pihak berwenang tiba di lokasi sekitar pukul 7 pagi dan sedang melakukan pencarian," kata Dashi Naw Lawn, seorang pejabat di kelompok masyarakat sipil melalui telepon, menambahkan bahwa tidak ada mayat yang ditemukan hingga saat ini, seperti mengutip Reuters 22 Desember.
Portal berita Mizzima dan media Khit Thit juga melaporkan puluhan orang tampaknya hilang dalam insiden di Hpakant, yang merupakan pusat industri batu giok rahasia Myanmar. Dalam tanah longsor lain akhir pekan lalu, media melaporkan setidaknya enam orang tewas.
Tanah longsor yang mematikan dan kecelakaan lainnya biasa terjadi di tambang Hpakant yang tidak diatur dengan baik, yang menarik pekerja miskin dari seluruh Myanmar untuk mencari permata yang sebagian besar untuk diekspor ke China.
Tekanan ekonomi akibat pandemi COVID-19 telah menarik lebih banyak migran ke tambang batu giok bahkan ketika konflik berkobar sejak rezim militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari.
Pemerintah terguling dari peraih Nobel Aung San Suu Kyi telah berjanji untuk membersihkan industri, ketika mengambil alih kekuasaan pada tahun 2016, tetapi para aktivis mengatakan sedikit yang berubah.
Pada Juli tahun lalu, lebih dari 170 orang, banyak dari mereka pendatang, tewas dalam salah satu bencana terburuk di Hpakant setelah limbah pertambangan runtuh ke danau.
Sementara itu, mengutip Korea Times dari AFP, warga sipil sering terjebak di tengah perjuangan untuk menguasai tambang Myanmar dan pendapatan mereka yang menggiurkan, dengan merajalelanya perdagangan senjata dan obat-obatan yang semakin mempersempit konflik.
BACA JUGA:
Tahun lalu, hujan lebat memicu tanah longsor besar-besaran di Hpakant yang mengubur hampir 300 penambang.
Kudeta militer Februari juga secara efektif memadamkan setiap peluang reformasi terhadap industri berbahaya dan tidak diatur yang diprakarsai oleh pemerintah pemimpin terguling Aung San Suu Kyi, pengawas Global Witness mengatakan dalam sebuah laporan tahun ini.