LAMPUNG TENGAH - Sarung dan peci selama ini menjadi simbil identitas dari umat Islam. Namun yang menarik adalah, kombinasi peci dan sarung sudah menjadi busana nasional yang bahkan dipakai oleh warga non muslim.
"Dalam sekali tarikan napas, melalui peci dan sarung, orang langsung mengenali Islam tak harus Arab. Alhamdulilah, kita juga senang peci menjadi busana nasional. Siapapun bisa memakainya, bahkan oleh saudara-saudara kita yang non-muslim," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj berbicara tentang kekayaan yang dimiliki Indonesia dalam pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) Pondok Pesantren Darussa'adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, Rabu 22 Desember.
Kata KH Said, Indonesia amat kaya dengan kemandirian simbolik. Buah dari interaksi global-lokal adalah produk-produk kebudayaan yang dinyatakan dalam simbol-simbol yang hidup dalam keseharian.
Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau dengan ribuan dialek bahasa. Dan itu adalah fakta keragaman dan kemajemukan bangsa ini. Kemajemukan yang disatukan di bawah tenda besar Pancasila dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
"Di tenda besar itu, ormas-ormas keagamaan berperan sebagai semen perekat sosial. Mereka mengkonsolidasikan nasionalisme sebagai proyek integrasi bangsa yang tumbuh dari bawah, tidak perlu dipaksakan dari atas dengan tangan besi," lanjut dia.
Indonesia punya potensi sumber daya alam yang luar biasa. Dipenuhi hutan-hutan penopang paru-paru dunia dengan kekayaan mineral yang banyak. Lautannya mengandung potensi ekonomi biru dan menyimpang bukan hanya ikan, tetapi cadangan migas dan mineral yang berlimpah.
"Yang dibutuhkan adalah SDM unggul, yang mampu mengolah kekayaan alam itu sebagai modal pembangunan. Orientasi kebijakan pemerintah adalah pembangunan sekaligus pemerataan," lanjut dia.
Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dan negeri Muslim terbesar di dunia. Indonesia bukan negara agama, tetapi negara Pancasila yang menaungi semua pemeluk agama. Islam berjalan seiring dengan demokrasi, stabilitas politik, dan pertumbuhan ekonomi. Memang bukan hal yang mudah. Bangsa ini sudah diuji oleh berbagai prahara sejarah. Setiap kali jatuh, bangsa ini bangkit lebih tinggi lagi," tandasnya.