Bagikan:

JAKARTA - Jutaan orang diprediksi akan melakukan perjalanan ke luar kota selama periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, seiring dengan pemerintah yang belum mengeluarkan kebijakan penyekatan bepergian.

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Swtijowarno menilai, pemerintah harus mewaspadai potensi penularan COVID-19 dari ramainya pelaku perjalanan antardaerah jelang libur akhir tahun ini. Terlebih, varian baru corona B.1.1.529 atau Omicron sudah masuk ke Indonesia.

"Jangan sampai varian Omicron menyebar meluas di tanah air dan dihindari tidak terjadi gelombang ketiga," kata Djoko kepada wartawan, Senin, 20 Desember.

Djoko memandang, mobilitas menggunakan jalan raya pada akhir tahun ini akan meningkat seiring tujuan perjalanan ke daerah wisata. Pemerintah perlu mengawasi penerapan protokol kesehatan di rest area.

"Rest area menjadi tempat berkumpul pengguna tol yang perlu pengawasan. Akhir-akhir ini terjadi peningkatan aktivitas di rest area seiring dengan bertambahnya pengguna jalan tol," ujar Djoko.

Lebih lanjut, Djoko mengungkapkan perjalanan menuju lokasi wisata harus kedepankan  keselamatan. Apalagi, potensi kecelakaan bus wisata mulai meningkat sejalan dengan makin bertambahnya perjalanan wisata.

"Oleh sebab itu penyediaan tempat istirahat yang memadai bagi pengemudi angkutan umum di lokasi wisata perlu disediakan. Wisata sehat untuk menggerakkan ekonomi warga," tuturnya.

Namun demikian, Djoko juga mendukung pemerintah yang tidak melakukan penyekatan dan larangan mobilitas jelang Natal dan Tahun Baru. Sebab, hal itu akan berdampak pada penurunan kondisi perekonomian.

"Waspada virus omricon adalah penting, namun tidak perlu panik, sehingga harus menghentikan aktivitas bertransportasi. Aktivitas transportasi terhenti berdampak aktivitas ekonomi akan menurun. Yang perlu dilakukan adalah bermobilitas secara sehat agar aktivitas ekonomi tetap bergerak," urai dia.

Sebagai informasi, Kementerian Perhubungan melakukan survei yang hasilnya 11 juta orang atau 7,1 persen akan melakukan perjalanan antarkota di akhir tahun 2021. Sementera potensi pergerakan masyarakat di wilayah Jabodetabek sebanyak 2,3 juta orang atau 7 persen.

Lalu, daerah tujuan terbanyak untuk perjalanan orang dari Jawa dan Bali adalah menuju Jabodetabek 22,9 persen atau sekitar 2,5 juta orang. Disusul perjalanan menuju Jawa Tengah 19,5 persen atau sekitar 2,1 juta orang, menuju Jawa Barat 18,5 persen atau sekitar 2 juta orang, menuju Jawa timur 16,6 persen atau sekitar 1,8 juta orang, dan menuju DI Yoguakarta 5,8 persen atau 624 ribu orang.

Moda yang paling banyak dipilih untuk digunakan adalah sepeda motor 28,5 persen atau sebanyak 3,1 juta orang. Berikutnya pilihan pada mobil pribadi 23,3 persen atau 2,5 juta, bus 13,2 persen atau 1,4 juta orang, pesawat 9,8 persen atau 1,1 juta orang, kereta api 9,7 persen atau 1 juta orang.