JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini tsunami usai gempa di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah berakhir pada pukul 13.24 WITA.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peringatan dini tsunami diakhiri setelah dua jam kejadian gempa bumi terjadi dan tidak terdeteksinya kenaikan air laut.
"Tadi kejadiannya pukul 11.20 WITA dan sekarang pukul 13.24 WITA artinya sudah lebih dari dua jam dari kejadian, dan tidak terdeteksi adanya kenaikan muka air laut lagi," kata Dwikorita dalam konferensi pers secara daring, Selasa, 14 Desember.
"Maka peringatan dini tsunami dinyatakan telah berakhir. Saya ulangi, peringatan dini tsunami dinyatakan telah berakhir," imbuhnya.
Dwikorita meminta pemerintah daerah segera mengumumkan berakhirnya peringatan dini tsunmai kepada masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dapat kembali ke rumahnya masing-masing.
"Kami mohon Pemda bisa menyampaikan ke masyarakat telah berakhir. Artinya, sudah bisa kembali ke tempat masing-masing," ujarnya.
BACA JUGA:
Namun BMKG meminta masyarakat tetap tenang mengahadapi situasi saat ini. Masyarakat yang hendak kembali ke rumah, sambung Dwikorita, juga diimbau memeriksa huniannya lebih dulu untuk memastikan bangunan tersebut masih layak huni.
Selain itu, masyarakat tetap diminta untuk waspada karena diprediksi masih akan terjadi beberapa gempa susulan.
Badan Meteroroligi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini tsunami usai terjadi gempa dengan Magnitudo 7,4 yang mengguncang Laut Flores, Nusa Tenggara Timur.
Setelah gempa terjadi, masyarakat kemudian berhamburan. Salah satu warga di Flores Timur, Larantuka, Fransiskus Tukan menuturkan, gempa terjadi dalam durasi yang singkat.
"Jadi awalnya pelan sekali dirasakan tapi terjadi beberapa kali. Warga, termasuk saya masih tenang dengan kekuatan gempa kecil ini," ujar Frano, sapaan Fransiskus saat dihubungi VOI dari Jakarta, Selasa, 14 Desember.
Namun, sambung Frano, kekuatan gempa meningkat secara tiba-tiba dan membuat warga panik, berlarian dan berhamburan ke luar rumah. Hampir di setiap rumah, warga mencari lokasi aman dengan berdiri di halaman atau jalan-jalan kota.
"Rsanya besar gempanya. Ibaratnya yang lagi tidur nyenyak juga bisa merasakan. Dari yang kecil, pelan-pelan, tiba-tiba langsung besar. Semua warga berlarian ke halaman rumah menghindari bangunan roboh atau material bangunan," imbuh Frano.