Ibu Miyazawa Sudah Berusia 89 Tahun Tapi Pembunuh Putra, Mantu dan 2 Cucunya 21 Tahun Lalu Belum Tertangkap
Keluarga Mikio Miyazaki (Foto Asahi newspaper)

Bagikan:

JAKARTA - Usia 68 tahun jadi periode paling kelam dalam sepanjang hidup Setsuko Miyazawa. Putranya beserta menantu dan dua cucunya tewas terbunuh di dalam rumah.

Kini Setsuko Miyazawa sudah berusia 89 tahun. Berarti 21 tahun waktu yang sudah berjalan sejak peristiwa kelam itu. Tapi siapa pembunuh keluarga putranya belum juga terjawab.

Desember 2020 lalu, Setsuko Miyazawa mengunjungi rumah keluarga putranya di Setagaya Ward Tokyo. Di tempat ini pada 30 Desember 2000 seorang pembunuh keji masuk ke dalam rumah.

Mikio Miyazawa (44 tahun); istri Yasuko (41 tahun); putrinya Niina (8 tahun) dan putranya Rei (6 tahun) ditemukan tewas pada pagi hari tanggal 31 Desember 2000. Rei dicekik hingga meninggal. Sedangkan tiga lainnya ditikam sampai mati.

Dikutip dari Asahi Shimbun, Setsuko Miyazawa saat itu memilih ada di luar rumah. Menatap dalam ke rumah berlantai dua itu dan kemudian melampiaskan kekesalannya karena pelaku pembunuh di rumah ini masih bisa berkeliaran besar.

“Ada banyak petunjuk,” kata Miyazawa.

“Kenapa tidak bisa diselesaikan?” sesalnya.

Lebih dari 282.000 petugas polisi telah terlibat dalam rangkaian penyelidikan panjang. Belasan ribu informasi sudah dikumpulkan polisi. Tetapi Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo bahkan belum bisa menemukan jejak pembunuh.

Di TKP ditemukan sampel darah, sidik jari dan pakaian yang diduga milik pelaku. Setelah membunuh keluarga tersebut, pelaku yang diyakini bergolongan darah A, ternyata masihi sempat mengambil es krim dan teh di rumahnya.

Ada juga tanda-tanda bahwa dia menjelajahi Internet di komputer di rumah. Bahkan dia masih sempat mengobati luka. Sepertinya sempat terjadi perlawanan yang dilakukan korban.

Analisis DNA telah mengungkapkan bahwa jejak darah (tipe A) yang ditemukan di tempat kejadian bukan milik keluarga menunjukkan bahwa si pembunuh memiliki ibu keturunan Eropa, mungkin dari negara dekat Mediterania atau Laut Adriatik.

Analisis kromosom Y telah mengungkapkan bahwa ayah si pembunuh adalah keturunan Asia, dengan DNA muncul pada 1 dari 4 atau 5 orang Korea, 1 dari 10 orang Tionkok dan 1 dari 13 orang Jepang. Dia diyakini memiliki tinggi sekitar 170 cm dan bertubuh kurus.

Sambil melihat ke rumah, Miyazawa berkata bahwa dia membayangkan cucu-cucunya bergegas menghampirinya seperti dulu. Dua kali seminggu, Miyazawa melakukan perjalanan selama dua jam dengan kereta api dan bus dari rumahnya di Prefektur Saitama untuk merawat anak-anak sementara putra dan menantunya bekerja.

Ketika dia keluar dari bus di halte terdekat dengan rumah, dua anak yang menunggu di luar berlari ke arahnya sambil berkata, "Nenek."

Dia membiarkan anak-anak bermain di taman sebelum dia menyiapkan makan malam. Mereka selalu memakan semua makanan yang dia masak. Cucu-cucunya memanggang kue untuknya untuk Natal dan ulang tahunnya.

Miyazawa masih ingat dengan jelas bagaimana Niina bernyanyi dan hari-hari dia menyemangati anak-anak di festival olahraga sekolah.

Keluarga adalah sumber kenangan indah baginya.

"Saya ingin tahu yang sebenarnya," katanya dalam artikel yang ditulis Yosuke Takashima dan Nobuyuki Takiguchi

“Mengapa pembunuhan itu terjadi? Mengapa cucu-cucu saya yang masih sangat kecil harus dibunuh?”