Bagikan:

JAKARTA - Setsuko Miyazawa (89 tahun) selalu punya harapan dari setiap dering telepon yang masuk. Dia mau polisi yang menghubunginya dan memberi kabar baik kalau pembunuh keluarga putranya 21 tahun lalu sudah berhasil ditangkap.

Kenyataannya? Tidak sama sekali.

Setiap hari, Miyazawa menunggu telepon dari polisi. Tapi itu belum terjadi dan sudah menjadi rutinitas hariannya untuk mencoret setiap hari di kalender dengan tanda garis miring.

“Saya merasa setiap hari terasa panjang, tetapi waktu berlalu begitu cepat, melihat ke belakang,” kata Setsuko Miyazawa dikutip dari Asahi Shimbun yang diihat redaksi, Rabu 15 Desember.

Desember 2020 lalu, Setsuko Miyazawa mengunjungi rumah keluarga putranya di Setagaya Ward Tokyo. Di tempat ini pada 30 Desember 2000 seorang pembunuh keji masuk ke dalam rumah.

Mikio Miyazawa (44 tahun); istri Yasuko (41 tahun); putrinya Niina (8 tahun) dan putranya Rei (6 tahun) ditemukan tewas pada pagi hari tanggal 31 Desember 2000. Rei dicekik hingga meninggal. Sedangkan tiga lainnya ditikam sampai mati.

Dikutip dari Asahi Shimbun, Setsuko Miyazawa saat itu memilih ada di luar rumah. Menatap dalam ke rumah berlantai dua itu dan kemudian melampiaskan kekesalannya karena pelaku pembunuh di rumah ini masih bisa berkeliaran besar.

Keluarga Mikio Miyazawa yang jadi korban pembunuhan (Setsuko Miyazawa via ABC)

"Kenapa tidak bisa diselesaikan?” sesalnya.

Pembunuh diduga masuk ke dalam rumah keluarga Mikio Miyazawa dari lantai dua. Yang pertama ditemui adalah putra Mikio paling kecil, Rei yang kala itu berusia enam tahun dan sedang pulas tertidur. Kamar Rei memang paling dekat dengan jendela pintu masuk pelaku.

Tanpa ampun, pelaku langsung mencekik Rei hingga tewas. Rei belakangan jadi satu-satunya korban yang ditemukan tanpa ada luka tusuk maupun darah. Namun di ruangan ini juga jejak pelaku paling banyak ditemukan.

Dikutip dari ichi.pro, korban berikutnya diduga adalah sang ayah, Mikio. Polisi berasumsi sebelum penyerangan Mikio sedang bekerja di lantai satu. Mayatnya ditemukan di lantai satu, tepat di sebelah tangga. Dia memiliki banyak luka, terutama di daerah paha dan bokong, tetapi luka tusuk juga ditemukan di kedua lengan, dada, dan wajahnya. Penyebab kematiannya karena kehilangan banyak darah akibat luka tusuk di dada. Polisi menemukan pecahan pisau sashimi, senjata pembunuh di tengkoraknya.

Korban terakhir adalah istri Mikio, Yasuko dan putrinya Niina yang sedang tidur bersama di loteng dan dapat diakses dengan tangga lipat di lantai dua (dekat kamar mandi). Mereka ditikam beberapa kali, terutama di daerah wajah dan leher. Pertama dengan pisau sashimi yang rusak dan kemudian pisau dapur serba guna yang pasti pelaku dapatkan dari rumah ini.

Setsuko Miyazawa kini cuma bisa mengenang ketika cucu-cucunya berlari menghampiri seperti dulu. Ketika dia keluar dari bus di halte terdekat dengan rumah, dua anak yang menunggu di luar berlari ke arahnya sambil berkata, "Nenek."

Dia membiarkan anak-anak bermain di taman sebelum dia menyiapkan makan malam. Mereka selalu memakan semua makanan yang dia masak. Cucu-cucunya memanggang kue untuknya untuk Natal dan ulang tahunnya.

Miyazawa masih ingat dengan jelas bagaimana Niina bernyanyi dan hari-hari dia menyemangati anak-anak di festival olahraga sekolah.

Keluarga adalah sumber kenangan indah baginya.

“Mengapa pembunuhan itu terjadi? Mengapa cucu-cucu saya yang masih sangat kecil harus dibunuh?”