Iklan Palsu Jual Vaksin COVID-19 Marak di Media Sosial
Ilustrasi foto (CDC/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Produsen vaksin di China telah memperingatkan orang-orang agar tak terjerat penipuan daring, di mana pengiklan mengambil keuntungan dengan menawarkan vaksin COVID-19. Padahal, hingga sekarang belum ada vaksin yang beredar di pasaran.

Melansir SCMP, Jumat, 14 Agustus, iklan yang mengklaim menjual dua jenis vaksin COVID-19 itu telah muncul di platform media sosial WeChat. “Hubungi saya jika Anda membutuhkan vaksin virus corona," tulis salah satu iklan yang mengklaim menjual produk vaksin Sinovac Biotech.

"Bisa dibuat untuk ekspor dan volume produksinya rendah sehingga orang harus antre. Vaksin ini akan diluncurkan secara resmi pada 2 September.”

Juru bicara Sinovac Liu Peicheng mengatakan iklan yang beredar di WeChat itu palsu. Dia mengatakan vaksin Sinovac saat ini masih dalam studi klinis fase 3 di Brasil dan Indonesia. Selain itu, vaksin tersebut juga belum disetujui untuk dipasarkan.

Vaksin lainnya yang disebut-sebut telah dijual diklaim berasal dari Institut Biologi Wuhan. Vaksin itu diiklankan dengan harga 498 yuan per dosis. Calon pembeli disarankan membeli tiga dosis.

“Petugas kesehatan dan orang-orang yang pergi ke luar negeri dapat menggunakannya berdasarkan prioritas,” kata iklan itu.

Wuhan Institute dan perusahaan induknya, China National Biotec Group belum memberi komentar terkait iklan tersebut. Namun, sebelumnya lembaga tersebut mengatakan kepada Jiefang Daily yang berbasis di Shanghai bahwa vaksinnya masih dalam tahap uji klinis dan belum dipasarkan.

Vaksin bermasalah China

Industri vaksin China telah lama terperosok dalam masalah kualitas dan skandal. Kekhawatiran yang telah menyebabkan keraguan di antara penduduk.

Dalam langkah memulihkan kepercayaan publik, China telah meningkatkan regulasi vaksin. Di 2018, China bahkan menjatuhkan denda 9,1 miliar yuan untuk salah satu pembuat vaksin rabies terbesar di negara itu, Changchun Changsheng Biotechnology.

Perusahaan diperintahkan menghentikan produksi ketika terungkap vaksin yang salah telah diberikan kepada ratusan ribu anak. Kasus itu memicu kemarahan publik yang meluas.

Menurut Undang-Undang Administrasi Vaksin di China, organisasi dan individu di luar departemen pengendalian penyakit pemerintah tidak diizinkan untuk memasok vaksin ke lembaga vaksinasi pihak ketiga.

Huang Simin, seorang pengacara yang berbasis di Wuhan, mengatakan, meski ilegal bagi individu untuk menjajakan vaksin di media sosial, pihak berwenang harus memberlakukan langkah-langkah peraturan yang lebih ketat untuk menghentikan penipuan.

“Kami memiliki sejarah panjang masalah vaksin, dan bukan pandemi yang membuat masalah ini terungkap. Ada banyak masalah dalam pendistribusian vaksin di masa lalu yang menyebabkan banyak kecelakaan,” ujarnya.

“Karena pandemi yang sedang berlangsung, setiap orang berharap memiliki vaksin, yang dapat membuat sebagian orang mengambil risiko. Tidak semua orang memahami ketentuan ketat yang relevan dari undang-undang administrasi vaksin baru," tambahnya. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan enam vaksin telah mencapai uji klinis fase 3, yang melibatkan pengujian yang lebih luas pada manusia. Setiap uji coba akan berlangsung beberapa bulan dan melibatkan hingga 30 ribu orang. Sinovac dan Wuhan Institute, keduanya terdaftar di antara enam vaksin itu.