Sebut Utang Triliunan AP 1 Gegara Banyak Proyek Mangkrak, Anak Buah AHY Disemprot Denny Siregar, Telak Banget!
Ilustrasi-(Foto: DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Politisi Partai Demokrat Cipta Panca Laksana heran dengan kiprah pegiat media sosial pendukung pemerintah yang bungkam saat perusahaan operator bandara PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I terlilit utang sebesar Rp35 triliun. 

Menurutnya, pegiat media sosial seperti Denny Siregar dan Kristia 'Dede' Budhyarto harusnya vokal menyuarakan hal ini ketimbang memainkan isu soal radikalisme. Lewat akun Twitter-nya, Cipta Panca menyoroti soal ini. 

"Gimana nih @Dennysiregar7 @kangdede78 kok diem aja? Banyak proyek mangkrak rugi triliunan rupiah lho. Ayo kencengin lagi main isu radikal radikul. Biar isu mangkraknya ketutup. Iya nga sih?," cuit Cipta Panca di @panca66 dilansir Selasa, 7 Desember. 

Dalam cuitan tersebut, ia turut menyertakan pemberitaan media daring berjudul 'Utang Angkasa Pura I Capai Rp35 T Gegara Bandara Baru Sepi.'

Tidak menunggu waktu lama, cuitan Panca dibalas oleh Denny Siregar. Menurut Denny, anak buah Agus Harimurti Yudhoyono ini harusnya paham bahwa tidak ada proyek yang mangkrak. Lagipula, utang dari PT AP 1 disebabkan karena setahun lebih bandara ditutup dihantam gelombang COVID. 

"Gini loh @panca66 Setahun lebih bandara tutup, tidak ada penerbangan, tapi tetap memperkerjakan sekian ribu orang. Semua dunia alami yg sama, bukan hanya Indonesia aja," jelas Denny di @Dennysiregar7. 

"Tapi yang penting, proyek2 bandara gak MANGKRAK... sekian dan katakan tidak pada korupsi," sambung Denny.

Menggunungnya utang AP 1 merupakan imbas dari sepinya lalu lintas di bandara yang dikelola selama pancemi COVID-19. Hal ini disampaikan Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis, 2 Desember lalu.

Setiap bulan, menurut Kartika, AP 1 merugi sebesar Rp200 miliar. Bila tak kunjung membaik, diperkirakan utang akan menembus Rp38 triliun. 

"Memang API sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka sekarang mencapai Rp35 triliun dan kalau kita rate, loss bulanan mereka Rp200 miliar dan setelah pandemi utang bisa mencapai Rp38 triliun," jelas Kartika.