Bagikan:

JAKARTA - Pihak Rusia mengatakan para petugas medis akan diberikan vaksin COVID-19 pada gelombang pertama. Mereka tampak berupaya menepis anggapan adanya masalah keamanan yang kerap diperingatkan oleh beberapa ahli karena Presiden Rusia begitu cepat menyetujui produksi massal vaksin.

Melansir Reuters, Rabu 12 Agustus, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia telah menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan peraturan untuk vaksin COVID-19. Persetujuan tersebut diberikan setelah kurang dari dua bulan pengujian vaksin terhadap manusia.

Namun sebenarnya vaksin tersebut belum menyelesaikan uji coba terakhirnya. Hanya sekitar 10% uji klinis yang berhasil dan beberapa ilmuwan khawatir Pemerintah Rusia mungkin mengutamakan prestise nasional daripada keselamatan.

"Tampaknya kolega asing kami merasakan keunggulan kompetitif spesifik dari vaksin Rusia. Sementara mereka mencoba mencoba untuk menyatakan pendapat yang menurut kami sama sekali tidak berdasar,” kata Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko.

Murashko mengatakan bahwa vaksin tersebut dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow. Vaksin itu akan diberikan kepada orang-orang, termasuk dokter, secara sukarela, dan akan segera siap. “Paket pertama vaksin medis penangkal infeksi virus corona akan diterima dalam dua pekan ke depan, utamanya untuk dokter,” ujarnya.

Kejar setoran?

Dikembangkan oleh Gamaleya Institute yang berbasis di Moskow, vaksin tersebut diberi nama Sputnik-V. Nama itu mengacu pada peluncuran satelit pertama di dunia pada 1957 oleh Uni Soviet. Vaksin tersebut belum melalui uji coba fase ketiga yang mana uji coba diberikan kepada ribuan orang.

Klaim kemenangan Putin dalam dorongan global untuk membuat vaksin yang efektif melawan COVID-19 muncul di tengah isu bahwa Rusia telah mengambil jalan pintas dalam perkembangan vaksinnya. Kritikus mengatakan dorongan negara untuk segera meluncurkan vaksin karena tekanan politik dari Kremlin, yang ingin menggambarkan Rusia sebagai kekuatan ilmiah global.

Rusia belum merilis data ilmiah tentang pengujiannya. Meski demikian, para pejabat Rusia mengatakan bahwa setidaknya 20 negara dan beberapa perusahaan AS telah menyatakan minatnya terhadap vaksin tersebut.

 

Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang mendanai penelitian vaksin, mengatakan minat negara lain untuk lebih dari satu miliar dosis vaksin telah diterima. "Kami telah melihat minat yang cukup besar terhadap vaksin Rusia yang dikembangkan oleh Gamaleya Institute di luar negeri. Selain itu, kami telah menerima aplikasi awal untuk lebih dari 1 miliar dosis vaksin dari 20 negara," katanya.

“Bersama mitra luar negeri, kami sudah siap memproduksi lebih dari 500 juta dosis vaksin per tahun di lima negara, dan rencananya akan meningkatkan kapasitas produksi lebih tinggi lagi. Sejauh ini, negara-negara di Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia telah menunjukkan minat terbesar pada vaksin, dan kami akan menyelesaikan sejumlah kontrak untuk pembelian vaksin," pungkasnya.