Mentan Syahrul: Inovasi dan Kolaborasi Penting untuk Kurangi Ketergantungan Impor Gula
Import Gula

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menekankan bahwa aspek kemandirian melalui inovasi dan kolaborasi sangat penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap importasi pangan, dalam hal ini gula. Menurut dia, di tengah kondisi disrupsi dan pandemi yang masih terjadi, kebutuhan pangan Indonesia ke depan harus diupayakan untuk tidak tergantung terus dengan importasi.

"Kita harus mandiri, tidak boleh tergantung terus dengan importasi yang besar di gula. Kalau impor terus kapan negara ini bisa lebih mandiri," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Sabtu, 4 Desember.

Lebih lanjut, Syahrul menilai bahwa perlu upaya maksimal dari segenap stakeholder dengan mengedepankan kolaborasi dan aksi nyata untuk dapat mewujudkan kemandirian pangan melalui kolaborasi dan inovasi.

"Cita-cita kemandirian harus berangkat dari kemauan, dari inovasi yang kita persiapkan lebih baik juga dari kolaborasi yang kita lakukan maksimal. Tidak bisa lagi Kementerian, BUMN, industri dan privat sektor berjalan sendiri. Harus bisa kita melakukan upaya-upaya bersama," ucapnya.

Syahrul mengatakan, penguatan industri gula nasional tidak hanya terkait perspektif lahan, di samping itu juga perlu peningkatan produktivitas dengan mengganti varietas, strategi industri, revitalisasi Pabrik Gula, industri produk turunan, serta membuat benchmark kepada negara yang sudah sukses memproduksi gula.

Karena itu, Syahrul berharap hasil pembahasan dari National Sugar Summit (NSS) 2021 dapat ditindaklanjuti dan dibahas bersama Kementerian Pertanian guna menghasilkan aksi dan dampak yang lebih konkrit untuk kemajuan industri gula nasional.

Perluas lahan perkebunan tebu Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono mengatakan, Kementerian Pertanian melakukan upaya untuk bisa menelisik lebih jauh potensi kesesuaian dan kapabiliti lahan untuk tebu.

"Kami telah melakukan pemetaan di beberapa pulau untuk perluasan tebu berdasarkan kesesuaiannya," ujarnya.

Ia menambahkan, Kementerian Pertanian siap bersinergi bersama BUMN untuk mengidentifikasi lebih jauh dan mencocokan rencana BUMN untuk mengembangkan area-area baru.

"Sehingga kami dapat membuat data spasial yang lebih konkrit untuk bisa dimanfaatkan," ucapnya.

Sekadar informasi, Kementerian BUMN terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi gula BUMN. Di antaranya dengan mendorong pengembangan lahan tebu menjadi 11.000 untuk mendukung swasembada serta revitalisasi dan pendirian pabrik baru. Melalui upaya peningkatan ini, produksi gula BUMN akan meningkat sebesar 371.000 ton di tahun 2022, dan meningkat 1,1 Juta ton di 2024.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, dari 2,3 juta ton produksi gula nasional di tahun 2021, Pabrik Gula (PG) BUMN yang dikelola oleh RNI dan PTPN Holding Perkebunan berkontribusi sekitar 1 juta ton atau 46 persrn dari total produksi nasional. PTPN dan RNI sendiri memiliki total 40 PG operasional dengan kapasitas 146.000 Ton Cane per Day (TCD) dan total lahan 197.000 Ha. Saat ini, pemerintah resmi membuka Konferensi industri gula terbesar di Indonesia, National Sugar Summit (NSS) 2021.

Sebelumnya, untuk bisa melepaskan ketergantungan Indonesia terhadap impor gula, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, sebagai salah satu BUMN pangan memiliki sejumlah strategi agar produksi gula dalam negeri meningkat sehingga bisa mengejar target swasembada.

Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi mmengatakan bahwa upaya peningkatan produksi gula terus dilakukan melalui berbagai pendekatan, baik sisi teknis melalui peningkatan produktivitas, ekstensifikasi lahan, pengembangan pola kemitraan petani tebu, maupun perluasan keterlibatan kegiatan riset.

"Kuncinya adalah semua dilakukan dengan mengedepankan kolaborasi dengan berbagai pihak," katanya dalam acara National Sugar Summit (NSS) 2021, Rabu, 1 Desember.

Arief mengatakan salah satu kolaborasi pembenahan industri gula yang baru-baru ini dilakukan adalah kerja sama yang dibangun antara RNI, PTPN III dan Perhutani dalam menyiapkan tata kelola budidaya tebu melalui sinergi dengan Pupuk Indonesia, Bank BRI, Jasindo, Askrindo dalam program 'Makmur'.

"Target musim tanam 2022, seluas 40.000 Ha disertai peningkatan kuantitas dan perbaikan kualitas bahan baku tebu, serta tujuan pentingnya adalah untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Petani," ucapnya.