TRENGGALEK - Polres Trenggalek, Jawa Timur gencar melakukan patroli secara berkala di sejumlah daerah yang telah teridentifikasi rawan longsor seiring ditemukan titik retakan maupun pergeseran tanah yang mengancam pemukiman warga maupun fasilitas umum.
"Patroli ini dimaksudkan untuk memetakan sekaligus antisipasi kerawanan yang ditimbulkan akibat bencana alam berikut progres apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi fatalitas korban," kata Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera di Trenggalek, Antara, Rabu, 24 November.
Mengacu data BPBD maupun kepolisian, total ada 45 desa yang tersebar di 10 kecamatan yang dipetakan sebagai daerah rawan longsor. Peristiwa longsor bahkan sudah beberapa kali terjadi dan menimpa rumah-rumah warga.
Terbaru kejadian longsor terjadi pada Selasa, 23 November sekitar pukul 21.00 WIB di Desa Depok Kecamatan Bendungan.
Meski tidak menyebabkan korban jiwa maupun luka-luka, kerugian akibat serangkaian longsor selama tiga pekan terakhir menyebabkan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
Setidaknya ada sekitar 30 rumah rusak terdampak longsor.
Untuk mengantisipasi potensi longsor di musim penghujan, Polres Trenggalek menyiagakan tim satgas bencana.
"Personel juga disiagakan jika sewaktu-waktu di butuhkan. Hari ini kita turunkan anggota baik dari Polres maupun Polsek jajaran untuk membantu pembersihan dan evakuasi," kata Dwiasi.
BACA JUGA:
Sekretaris BPBD Trenggalek, Tri Puspita Sari mengatakan, puluhan desa itu ada di Kecamatan Watulimo, Tugu, Trenggalek, Pule, Panggul, Munjungan, Kampak Durenan, Dongko dan Kecamatan Bendungan. Di Trenggalek ada 152 desa dan 5 kelurahan di 14 kecamatan.
"Secara global ada berapa titik krusial rawan longsor yang harus di waspadai ketika musim penghujan, yaitu 45 desa di 10 kecamatan," ujarnya.
Titik terbanyak potensi rawan longsor saat musim penghujan dari 45 desa tersebut ada di Kecamatan Pule dengan jumlah sebanyak 10 desa. Titik rawan longsor itu berada di Desa Joho, Jombok, Karanganyar, Kembangan, Pakel, Kembangan, Pule, Sidomulyo, Sukokidul dan Desa Tanggaran.
Untuk meminimalisir risiko bencana, BPBD sudah mengambil beberapa langkah. Di antaranya adalah memberikan bronjong kepada desa rawan longsor, mengajukan anggaran untuk rehabilitasi dan rekonstruksi kerusakan akibat bencana ke BNPB dan BPBD provinsi hingga meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat di daerah rawan bencana.