Rudiantara Calon Terkuat jadi Dirut PLN
Rudiantara. (Foto: Twitter @rudiantara_id)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan mengumumkan nama Direktur Utama PT PLN yang baru pada Senin 23 Desember pukul 16.00 WIB di kantor Kementerian BUMN, Jakarta.

“Nanti jam 4 sore, harusnya di kantor Kementerian (BUMN),” kata Erick.

Menurut Erick, terdapat tiga nama kandidat yang akan menduduki posisi direktur utama BUMN yang mengatur soal kelistrikan tersebut, di mana salah satunya adalah mantan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara.

“Pak Rudiantara salah satu kandidat. Nanti jam 4 diputuskan,” tegas Erick.

Selain mengumumkan nama dirut PLN, Erick juga akan menyampaikan nama Wakil Direktur Utama, Direktur Keuangan, Komisaris Utama, dan Wakil Komisaris Utama. Namun, Erick menambahkan bahwa mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tidak masuk dalam daftar nama kandidat.

“Nama Bu Susi untuk TPA (Tim Penilai Akhir) selama ini tidak ada,” ungkap Erick.

Erick menegaskan bahwa ia akan memilih orang-orang bagus untuk membantunya mengelola 142 BUMN di dalam negeri. “Orang-orang bagus pasti akan kita rekrut lah, 142 BUMN kan perlu komisaris utama dan dirut yang bagus-bagus,” katanya.

Sebelumnya, pada 9 Desember 2019, Staf Khusus Erick Thohir, Arya Sinulingga, menyebut nama mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, sebagai kandidat terkuat dari tiga kandidat yang ada. Hal itu didasarkan pada keputusan sidang TPA yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Adapun tiga kandidat itu terdiri dari Rudiantara, Plt. Dirut PLN Sri Peni Inten Cahyani, dan Direktur Eksekutir Lembaga Pembiayaan Ekspo Indonesia (LPEI) Sinthya Roesli.

Sinyal kuat nama Rudiantara yang akan dipilih juga muncul dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menilai, Rudiantara sosok yang tepat untuk menjadi Direktur Utama PT PLN.

Menurut dia, dengan pengalaman sebagai mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara punya modal berharga untuk memimpin PLN. Selain itu, Rudiantara pernah menjadi Wakil Direktur PLN. Rudiantara menjabat Wakil Direktur PLN pada 2008-2009. Ketika itu, ia bekerja bersama Fahmi Mochtar yang menjabat sebagai Direktur Utama.

Selama menjabat Wadirut PLN, Rudiantara berperan besar dalam mencari pendanaan proyek Pembangkit Listrik 10.000 MW. Namun, ia memutuskan untuk mundur sebelum Dahlan Iskan ditetapkan menjadi Direktur Utama pengganti Fahmi Mochtar.

Selain pernah menjadi bagian dari PLN, pengalaman Rudiantara menjadi Menkominfo dan pimpinan sebuah perusahaan telekomunikasi. Pengalaman ini dianggap menjadikan sosok Rudiantara cocok untuk menduduki jabatan Dirut PLN.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, Rudiantara merupakan sosok yang mumpuni sebagai Dirut PLN. "Karena dia (Rudiantara) pernah menjabat sebagai Wadirut PLN, jadi paling tidak, tak perlu waktu lama untuk mengenal PLN karena sudah paham mengenai bisnis PLN itu sendiri," ujar Mamit kepada VOI.

Mamit melanjutkan, Rudiantara akan menghadapi tantangan berat sebagai Dirut PLN. Pasalnya, PLN sebagai satu-satunya penyedia jasa listrik, tentunya akan selalu menjadi sorotan.

"PLN sebagai public service obligation (PSO) harus benar dalam menjaga kondisi keuangan mereka di mana saat ini mereka keuangannya cukup berat menanggung resiko. Apalagi pemerintah tidak menaikan harga listrik cukup lama," jelas Mamit.

Selain itu, lanjut Mamit, efisiensi internal dalam tubuh PLN harus dilakukan di mana banyak pembangkit yang masih menggunakan diesel. Itu menurutnya harus diganti dengan yang lebih murah seperti gas bumi.

"Apalagi PLN harus mendukung disversifikasi dari BBM ke gas bumi di mana program mix energy 23% pada 2025 harus tercapai," tutur Mamit.

Sementara Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyatakan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Rudiantara di PLN. Mulai dari penyelesaian program pembangunan pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW), mencegah terulangnya mati listrik massal (blackout) seperti pada Agustus 2019 lalu, menjaga tarif listrik agar tetap terjangkau, hingga memberantas mafia proyek listrik.

"Tantangan terbesar yang harus dihadapi seorang Dirut PLN adalah mafia proyek kelistrikan. Banyak Dirut PLN yang tergoda hingga akhirnya tersandung kasus hukum karena terlibat dalam permainan mafia," jelasnya kepada VOI.

Sebagai seorang Dirut PLN, lanjut Fahmy, Rudiantara harus punya komitmen dan keberanian melawan Mafia Proyek Listrik. Pasalnya, menurut Fahmy, sebagian besar Dirut PLN bukannya melawan Mafia Proyek, tetapi malah terseret ke dalam perburuan rente di proyek PLN sehingga harus berurusan dengan Kejaksaan Agung dan KPK.

"Rudiantara memang seorang profesional, yang pernah menjadi petinggi Indosat dan Wakil Direktur PLN, namun masih harus menghadapi tantangan Mafia Proyek Listrik. Kalau tidak hati-hati dan punya keberanian melawan Mafia Proyek Listrik, tidak menutup kemungkinan Rudiantara bisa tergelincir, seperti beberapa Dirut PLN sebelumnya," papar Fahmy.

Ia pun mengharapkan, Rudiantara harus mendorong PLN meningkatkan pelayanan. Meski tak punya saingan, kata Fahmy, PLN tetap perlu berinovasi. "Sebagai perusahaan monopoli, Rudiantara harus bisa melakukan transformasi perubahan radikal untuk mencapai service excellence bagi konsumen," pungkas Fahmy.