Bagikan:

JAKARTA - Beredar di media sosial (medsos) Ustaz Farid Okbah sempat bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa hari sebelum ditangkap Densus 88 Antiteror Polri. Belakangan, Anies Baswedan justru diisukan memiliki kedekatan dengan Farid Okbah yang ditangkap Densus 88 bersama seorang pengurus MUI pusat.

Terkait hal itu, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai kesimpulan kedekatan antara Anies dan Farid sangat spekulatif dan berbahaya. Jamiluddin mengandaikan, jika seseorang membaca Stalin, maka bisa-bisa orang tersebut dinilai orang yang dekat Stalin dan penganut paham komunis.

"Penilaian itu didasarkan karena beredar foto Anies membaca buku karangan Farid Okbah. Dari sinilah sebagian pihak lalu menyimpulkan Anies punya hubungan dekat dengan Farif Okbah. Kesimpulan seperti itu sangat spekulatif dan sangat berbahaya," ujar Jamiluddin, Minggu, 21 November.

Jamiluddin menjelaskan, logika berpikir seperti itu memang kerap terjadi di Indonesia. Para buzzer Rp menggunakan logika berpikir sesat itu untuk menghujat dan menghakimi orang-orang yang tidak mereka sukai.

"Jadi, walaupun belum jelas suatu isu, namun bagi lawan-lawan politik Anies, isu tersebut sudah cukup dijadikan peluru panas untuk menyudutkan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Hal seperti itulah yang sering dialami Anies," katanya.

Tampaknya, lanjut Jamiluddin, hal itu menjadi penyebab munculnya rencana MUI DKI Jakarta membentuk Cyber Army untuk membela Anies dari buzzer. MUI DKI Jakarta, menurutnya, sudah tidak sabar melihat perilaku buzzer yang menggunakan logika berpikir abnormal.

Namun, Jamiluddin menilai kurang tepat bila MUI punya rencana seperti itu. Sebab, kata dia, fungsi dan tugas MUI tidak berkaitan dengan pembelaan khusus pada seseorang, khususnya Anies.

"MUI DKI Jakarta dibentuk bukan untuk membela Anies. Jadi, sebaiknya rencana MUI DKI Jakarta membentuk Cyber Army untuk membela Anies dari para buzzer sebaiknya diurungkan," terangnya.

"Tapi kalau MUI Cyber Army dibentuk untuk mekawan kebohongan dan fitnah, tampaknya masih relevan. Sebab, semua agama tentu tidak memperbolehkan berbohong dan fitnah. Hal-hal swperti ini memang harus dilawan," sambung Jamiluddin.

Sebelumnya, pengacara Farid, Ismar Syafruddin, mengungkapkan Farid dan Anies bertemu saat mertua Farid meninggal dunia.

"Ketika itu mertua Ustaz Farid meninggal dunia, ternyata Pak AB (Anies Baswedan) bersama ibunya juga hadir di tempat tersebut," kata Ismar saat dihubungi, Sabtu, 20 November. 

Ismar mengatakan mertua Ustaz Farid meninggal pada Sabtu, 13 November. Kemudian, pada Selasa, 16 November, Ustaz Farid ditangkap tim Densus 88.

"Memang meninggalnya sekitar sepekan lalu sih, sekitar Sabtu kalau nggak salah. Terus Selasa beliau ditangkap," tuturnya.

Ismar menjelaskan Anies berkunjung ke rumah duka di dekat kantor Kecamatan Jatiasih, Bekasi. Dia kembali menegaskan bahwa Farid tidak layak disebut teroris karena pernah berjumpa sejumlah petinggi, mulai Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Soeharto.

"Terus pertemuan beliau dengan Jokowi bagaimana? Pertemuan beliau dengan RK (Ridwan Kamil), Presiden Soeharto, Hamzah Has wapresnya Bu Mega? Itu menandakan bahwa beliau sangat tidak layak dituduh teroris," imbuh Ismar.