JAKARTA - Universitas Airlangga telah mengambil keputusan dengan mengeluarkan atau melakukan drop out (DO) terhadap mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Gilang, yang tersangkut kasus 'fetish kain jarik' berkedok riset.
Dilansir Antara, Kamis, 6 Agustus, keputusan mengeluarkan mahasiswa itu diambil setelah Rektor Unair Mohammad Nasih menghubungi orang yang bersangkutan di Kalimantan melalui daring.
"Merujuk pada asas komisi etik, keputusan baru bisa diambil saat bisa mendengar pengakuan dari yang bersangkutan dan/atau wali. Karena orang tua sudah bisa dihubungi, Pak Rektor memutuskan yang bersangkutan di-DO atau dikeluarkan," tuturnya.
BACA JUGA:
Sementara itu, manajemen Universitas Airlangga Surabaya mendampingi korban kasus pelecehan ini.
Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair Suko Widodo mengatakan, pihaknya akan mendampingi korban primer, yakni korban yang telah bertemu dan telah dibungkus kain untuk pelaporan ke polisi.
"Kalau masalah etik, kami sudah selesaikan. Akan tetapi, kalau masalah kriminalnya, menjadi wewenang kepolisian. Dari help center, kami mendampingi korban primer yang akan melapor ke polisi pastinya," ujarnya.
Untuk korban sekunder, yakni korban yang hanya melakukan percakapan via media sosial dengan korban, Unair juga akan memberi pendampingan psikologis.
"Korban sekunder itu yang sempat dihubungi dan melakukan percakapan dengan pelaku melalui media sosial. Unair terus memberikan pendampingan kepada para korban yang mengalami trauma," ucapnya.
Persoalan ini bermula ketika akun Twitter @m_fikris mengunggah kisah 'Fetish Kain Jarik' yang berkedok riset akademik dari mahasiswa PTN di Surabaya.
Pada unggahan itu diceritakan jika pemuda bernama Gilang yang diketahui merupakan mahasiswa Unair, meminta orang-orang yang menjadi targetnya memotret diri terbungkus dalam kain jarik. Hal itu dilakukan untuk memenuhi keinginan seksualnya.
Predator "Fetish Kain Jarik" Berkedok Riset Akdemik dari Mahasiswa PTN di SBY
A Thread pic.twitter.com/PT4G3vpV9J
— mufis (@m_fikris) July 29, 2020