JAKARTA - Libanon berduka usai ledakan dahsyat yang terjadi di ibu kota, Beirut. Sekitar 78 orang dilaporkan tewas dan 4.000 lainnya terluka. Otoritas setempat mengatakan jumlah tersebut bisa saja bertambah.
Video-video yang diunggah di media sosial, menunjukkan orang-orang yang terluka berada di tengah debu dan puing-puing. Puing-puing yang melayang akibat ledakan telah melubangi dinding dan furnitur. Kerusakan rumah dan mobil juga terjadi di area yang jauh dari tempat ledakan.
Ledakan diketahui berasal dari gudang penyimpanan 2.750 ton amonium nitrat. Sebelumnya media Libanon menginformasikan bahwa gudang tersebut adalah gudang penyimpan bahan kembang api. Amonium nitrat adalah bahan kimia industri yang umum digunakan terutama untuk pupuk karena merupakan sumber nitrogen yang baik untuk tanaman.
Melansir The New York Times, Rabu 5 Agustus, beberapa korban ledakan adalah tokoh publik Libanon. Sekretaris jenderal partai politik Kataeb, Nizar Najarian, tewas dalam ledakan itu. Sementara itu Kamal Hayek, ketua perusahaan listrik milik negara berada dalam kondisi kritis.
Perdana Menteri (PM) Libanon Hassan Diab mengumumkan, Rabu ini akan menjadi hari berkabung nasional. Sementara Kepresidenan Libanon mengatakan, Presiden Libanon Michel Aoun telah menginstruksikan militer untuk membantu menangani peristiwa ini. Presiden Aoun juga menyerukan pertemuan darurat Dewan Pertahanan Tertinggi, yang menyatakan Beirut sebagai daerah bencana.
BACA JUGA:
Jelang Peringatan Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
Saat bersama tim tanggap darurat di lapangan, Gubernur Beirut Marwan Abboud menangis saat membicarakan keadaan Beirut yang porak poranda pasca-ledakan. Berbicara dengan keadaan asap mengepul di belakangnya, Abboud sangat emosional ketika ia membahas ledakan itu. Ia samakan dengan serangan bom di Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II.
"(Ledakan) itu mirip dengan apa yang terjadi di Jepang, di Hiroshima dan Nagasaki. Itulah yang mengingatkan saya pada hal itu. Dalam hidup saya, saya belum pernah melihat kehancuran pada skala ini. Ini adalah bencana nasional," kata Abboud, mengutip dari CNN.
Secara kebetulan, pada 6 Agustus nanti Jepang memperingati 75 tahun serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Akibat bom tersebut, diperkirakan sekitar 140.000 dari 350.000 penduduk Hiroshima tewas dan setidaknya 74.000 orang tewas di Nagasaki. Pemboman itu mengakhiri perang secara tiba-tiba di Asia, dengan Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Meski demikian, ledakan di Beirut "termasuk kecil" dibandingkan dengan ledakan Hiroshima-Nagasaki. Vipin Narang, yang mempelajari proliferasi dan strategi nuklir di Massachusetts Institute of Technology, mengatakan bahwa ledakan di Beirut diperkirakan setara dengan 240 ton TNT. Sedangkan bom Hiroshima memiliki kekuatan setara dengan sekitar 16.000 ton TNT. Selain itu, ledakan Beirut juga bukan berasal dari bahan nuklir.
Peringatan 75 tahun pengeboman Hiroshima dan Nagasaki akan diselenggarakan pada 6 Agustus dan 9 Agustus. Pada tahun-tahun sebelumnya, PM Jepang Shinzo Abe dan wali kota menghadiri upacara peringatan tahunan dan janji baru untuk dunia bebas nuklir. Lonceng berdentang dan keheningan satu menit diamati pada saat yang tepat bom meledak di kedua kota. Namun untuk peringatan tahun ini acara akan dipersingkat karena pandemi COVID-19, dengan lebih sedikit kursi dan pesan yang disampaikan oleh pejabat tinggi lewat video.